"Ini pertama kali ada rencana pembangunan di Bali yang melibatkan Yayasan Tri Hita Karana untuk mensurvei dan mereview kesesuaian filosofi Tri Hita Karana dalam pembangunan revitalisasi Teluk Benoa," kata Ketua Yayasan Tri Hita Karana, I Gusti Ngurah Wisnu Wardana, saat menandatangani MoU dengan pihak PT Tirta Wahana Bali International (TWBI).
Menurut Wisnu, ada tiga hal yang akan akan dinilai dalam proses tersebut. Pertama aspek spiritual yang terkait harmoni. Kedua, aspek sosial ekonomi terkait dengan toleransi dan ketiga aspek palemahan yang terkait gotong royong sesama masyarakat. Yayasan Tri Hita Karana merupakan lembaga independen yang netral, tidak terlibat pada pro dan kontra revitalisasi Teluk Benoa.
"Bagi kami ini moment penting bagi Tri Hita Karana. Kami tidak ikut campur pada pro kontra. Penilian yang kami beri nanti memiliki dasar dan acuan. Kalau nanti hasilnya sudah sesuai nilai Tri Hita Karana, sesuai adat istiadat, mengapa ditolak? Padahal banyak pembangunan yang dilaksanakan mengabaikan Tri Hita Karana," ungkapnya.
Wisnu berharap proses penilaian nanti berjalan sesuai konsep Tri Hita Karana. "Semoga revitalisasi teluk Benoa sesuai Tri Hita Karana. Misalnya seper sembilan area pembangunam digunakan untuk tempat suci, seperti pura. Kalau tidak sesuai, kita minta perbaiki. Kalau tidak mau memperbaiki, baru kita tolak," tegasnya pada media.
Sementara itu, Direktur TWBI Leemarvin Lieano menegaskan, pihaknya akan mengedepankan dan mempertahankan aspek Tri Hita Karana dalam pembangunan revitalisasi Teluk Benoa.
"Kami berkomitmen menjaga dan melestarikan nilai luhur, adat istiadat dan budaya Bali dalam pembangunan di Teluk Benoa," jelasnya.
Filosofi Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam sekitar yang saling terkait satu sama lain.
[dem]
BERITA TERKAIT: