Keberadaan berbagai warung makanan turut meramaikan kawasan ini. Banyak wisatawan yang mampir ke situ untuk menikmati suasana Puncak Pas sambil menyantap hidangan berbagai makanan seperti mie instan, jagung bakar, nasi rames, serta minuman aneka rasa.
Namun, bila hendak makan atau minum di warung-warung ini, para wisatawan hendaknya bertanya terlebih dahulu harga makanan dan minuman yang ditawarkan. Pasalnya, para pedagang tidak mencantumkan harga di setiap menu yang ditawarkan kepada para pengunjung.
Salah-salah, para pengunjuk dapat digetok dengan harga yang kelewat tinggi seperti yang dialami beberapa wisatawan.
"Gila! Masak kami makan dengan menu yang sederhana, seperti indomie, telor ceplok, jagung habisnya Rp 245 ribu?," celetuk Krastien kepada
RMOL, beberapa saat yang lalu (Minggu, 16/11).
Ketika diprotes oleh Krastien, si pedagang mengaku dirinya hanya penjaga warung. Si karyawan berdalih harga yang dipatok warungnya justru lebih murah dibandingkan yang lain.
"Namanya juga tempat wisata," cetus si penjaga warung seperti yang ditirukan Krastien.
Pengakuan senada juga meluncur dari wisatawan lain, Lili. Diakuinya memang harga makanan di warung-warung Puncak Pas kelewat mahal. Untuk telor ceplok per satuan Rp 17 ribu dan juga beberapa menu lain yang harganya seperti di restoran.
"Harusnya Pemda menata kawasan ini, seperti di Malioboro Yogyakarta yang mewajibkan para pedagang mencantumkan harga makanan di setiap menu makanannya," imbuh Lili, wisatawan asal Jakarta
.[wid]
BERITA TERKAIT: