PFI Kecam Pemukulan Polisi terhadap Wartawan di Makasar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Jumat, 14 November 2014, 07:55 WIB
PFI Kecam Pemukulan Polisi terhadap Wartawan di Makasar
foto:net
rmol news logo Organisasi payung wartawan foto di Indonesia, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat melayangkan protes keras atas tindakan aparat kepolisian yang telah dengan sengaja melakukan aksi kekerasan terhadap sejumlah jurnalis dyang meliput demonstrasi massa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Makasar (Kamis, 13/11).

Ketua Umum PFI Pusat, Jerry Adiguna mengatakan aksi kekerasan yang dengan sengaja dilakukan oleh pihak kepolisian sebagai aparatur penegak hukum di Republik ini merupakan pengkhianatan terhadap konstitusi, khususnya Undang-Undang kebebasan Pers dan menyatakan pendapat.

"Kami menuntut adanya sikap tegas dan itikad baik untuk mengusut serta menyelesaikan insiden ini untuk menjaga supermasi hukum di Republik Indonesia," ujar Jerry dalam keterangannya, Jumat (14/11).

Menurutnya, wartawan foto memiliki fungsi dan peran terdepan dalam mengabarkan peristiwa. Fungsi dan peran tersebut dengan jelas dilindungi oleh perangkat hukum yang tegas.

"Apapun bentuknya, tindakan kekerasan dan kesewenang-wenangan adalah tindakan yang tidak terpuji dan melanggar hukum, apalagi jika tindakan tersebut dilakukan oleh perangkat yang seharusnya menjaga supermasi hukum, bukan malah menginjak-injak supermasi hukum dengan sikap arogansi dan premanisme jalanan dengan kedok seragam aparatur negara," tegas Jerry.

PFI menuntut pengusutan dan sanksi hukum tegas bagi aparat kepolisian yang terlibat dalam insiden yang amat disesalkan di Makasar yang telah mencoreng demokrasi, kebebasan pers dan hak asasi manusia di Indonesia. (Baca: Terungkap, Polisi Makassar Berani Pukul Wartawan karena Perintah Atasan).

Jerry juga menyerukan kepada seluruh insan jurnalistik untuk melakukan aksi solideritas menentang aksi kekerasan terhadap jurnalis serta mengenakan pita hitam hingga kasus kekerasan di Makasar menemukan penyelesaian, sebagai lambang duka telah matinya kebebasan pers di Indonesia akibat tindakan sewenang-wenang yang memalukan demokrasi Indonesia oleh segelintir aparat kepolisian di Makasar. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA