"Seperti apapun bentuk dan rupanya, kami akan menerima. Sumarti tetap anak kami," ujarnya kepada
RMOL, Selasa (4/11).
Kaliman mengatakan permintaan pemulangan jenazah secepatnya ini telah diungkapkan kepada utusan Kemenlu dan Dinsosnakertrans yang mengunjungi rumahnya, Selasa siang.
"Kemenlu menyatakan akan mengusahakan secepatnya," tuturnya.
Sumarti diketahui berangkat bekerja di Hongkong pada tahun 2011 melalui PPTKIS Arafah Bintang Perkasa. Namun di tengah jalan, kata Kaliman, Sumarti berpindah majikan hingga akhirnya mandiri tanpa agensi. (Baca:
TKI yang Dimutilasi di Hongkong Dipastikan Warga Cilacap).
"Kerja pertama ke majikan hanya satu bulan. Sempat ditampung di KJRI, lalu pindah ke majikan lain hanya kuat enam bulan,†katanya.
Sumarti kepada ayahnya mengatakan tidak betah bekerja kepada majikan kedua karena majikan lelakinya suka mengajak berbuat mesum. Namun, kata Kaliman, permintaan si majikan lelaki ini selalu ditolak sehingga Sumarti kerap dimarahi.
"Ada juga tindakan kasar yang dilakukan oleh majikan kedua," jelasnya.
Setelah keluar dari majikan kedua, Sumarti kepada keluarga mengaku bekerja di restoran hingga bertahan sampai tahun 2014 lalu. Pengakuan Sumarti bekerja di restoran, bagi Kaliman, sekaligus menepis dugaan miring bahwa Sumarti bekerja sebagai PSK.
"Anaknya baik. Sejak kecil bergaulnya juga baik-baik saja. Tidak pernah bergaul dengan teman-teman laki-laki," tutup sang ayah.
Seperti diwartakan, dua orang tenaga kerja di Hongkong dikabarkan menjadi korban mutilasi ditemukan dalam koper di balkon lantai 31 apartemen milik seorang bankir asal Inggris, Rurik George Caton Jutting (29), di Distrik Wan Chai, Hongkong, Sabtu (1/11). Salah satu korban tersebut bernama Sumarti Ningsih, berasal dari Cilacap Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Sedangkan satu korban lainnya masih simpang siur antara warga Filipina atau Indonesia.
[rus]
BERITA TERKAIT: