Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melaporkan, tinggi abu letusan fluktuatif antara 1.500 - 2.000 meter dari puncak Gunung Rokatenda. Letusan dengan suara keras juga disertai dengan semburan kerikil dan abu vulkanik serta gempa vulkanik.
"Masyarakat sekitar panik dan dilaporkan letusannya lebih besar daripada letusan sebelumnya," terang Sutopo dalam pesan yang dikirimkan ke wartawan, Sabtu petang (10/8).
Hingga pukul 09.30 Wita masih terlihat awan panas guguran menuju arah utara. Arah luncuran awan panas tidak seperti biasanya yang mengarah ke arah selatan hingga ke pantai.
Awan panas mengalir dari Woje Wubi sampai pantai Cua. Terparah di Ko'a Desa Rokirole dan Nitunglea.
"Lima orang tewas akibat awan panas. Tiga orang sudah ditemukan dan dua orang masih dalam pencarian," tambah dia.
Bupati Sikka bersama BPBD telah berada di lokasi dan melakukan penanganan darurat.
Status Gunung Rokatenda masih ditetapkan Siaga oleh PVMBG. Gunung Rokatenda meletus sejak Oktober 2012, abu letusan tersebar dalam pulau bergantung arah angin.
Saat Rokatenda dalam status siaga, masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 3 Km. Di Pulau Palue saat ini bermukim sekitar 10 ribu jiwa. Kondisi pulau tersebut berbahaya karena selalu terancam letusan Rokatenda. Ketersediaan air tanah sangat minim dan lahan pertanian kurang subur karena lapisan tanahnya tipis.
Akibat letusan Rokatenda sejak Oktober 2012, sebanyak 782 KK (2.754 jiwa) mengungsi keluar dari Pulau Palue ke Kabupaten Ende (407 KK) dan Sikka (375 KK). BNPB telah memberikan bantuan dana siap pakai Rp 14,7 miliar kepada Pemda Ende dan Pemda Sikka untuk relokasi dan hunian tetap pengungsi.
[ald]
BERITA TERKAIT: