Sultan HB X: Indonesia Memang Rawan Digoyang Konflik

Rabu, 24 April 2013, 18:31 WIB
Sultan HB X: Indonesia Memang Rawan Digoyang Konflik
sultan hb x/ist
rmol news logo Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, Indonesia memang rawan potensi konflik sosial dari zaman dahulu hingga sekarang.

"Hingga saat ini, konflik sosial terus terjadi dan merupakan bagian rutinitas dan keseharian masyarakat," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ini saat menjadi pembicara pada Konferensi Nasional Sosiologi dengan tema Kecerdasan Sosial Dalam Mengelola Konflik di Palembang, Rabu (24/4).

Konferensi Nasional Sosiologi yang dilaksanakan Program Studi Magister Sosiologi FISIP Unsri itu dibuka Gubernur Sumsel, H. Alex Noerdin, dan dihadiri utusan perguruan tinggi dari berbagai provinsi di Tanah Air.

Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, intensitas dan penyebaran konflik sosial menguat sejalan dengan multiplikasi konflik yang dihembuskan melalui media massa.

Memang, kata dia, konflik yang mencuat dalam berbagai kejadian selama ini memprihatinkan karena bukan muncul begitu saja, tapi akumulasi dari ketimpangan dalam menempatkan hak dan kewajiban cenderung tidak dipenuhi.

Konfik merupakan gesekan yang terjadi antara dua kubu atau lebih disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan dan kelangkaan sumber daya. Proses komunikasi merupakan cara untuk keluar dari jalan buntu dalam permasalahan konflik termasuk budaya.

Memang, selama ini budaya cenderung diposisikan sekadar latar wacana dan praktik kenegaraan dan kemasyarakatan. Kurang terartikulasinya budaya itu dikarenakan pemahaman budaya secara sempit atau sebagai benda peninggalan dan mentalitas yang dikaitkan dengan kelampauan.

Sesungguhnya budaya memiliki sifat kekinian dan aktif dalam proses penataan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang selama ini ditanggapi secara sektoral. Pendekatan kultural diawali dengan membangun saling pengertian terlebih dahulu sebagai basis untuk menciptakan rasa saling percaya, selanjutnya agar tumbuh rasa saling menghormati diantara pihak yang terlibat konflik.

"Namun, semuanya itu harus berangkat dari sebuah dialog yang tulus, jujur dan terbuka. Pesan akan lebih efektif jika organisasi atau mediator memiliki kapasitas kecerdasan sosial dalam mengelola konflik," demikian Sultan. [ant/ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA