Proyek MRT Sudah Mendesak

Ibukota Butuh Transportasi Cepat, Aman Dan Nyaman

Senin, 26 November 2012, 08:36 WIB
Proyek MRT Sudah Mendesak
ilustrasi, mrt
rmol news logo Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta harus memiliki moda transportasi massal yang cepat, aman dan nyaman. Karena itu, pembangunan transportasi massal berbasil rel seperti Mass Rapid Transit (MRT), dinilai wajib dan mendesak dibangun di Jakarta.

Pengamat transportasi publik dari Universitas Trisakti Yayat Su­priyatna menegaskan, Pem­prov DKI wajib membangun MRT di Jakarta.

“Pembangunan MRT di Jakarta tidak boleh ditun­da-tunda lagi. Tidak boleh diakal-akalin untuk ditunda. Pokoknya, wajib diba­ngun dengan segera,” katanya.

Terkait pengkajian ulang yang dilakukan Pemprov DKI terha­dap biaya proyek MRT yang dini­lai mahal, Yayat menilai, hal itu merupakan langkah transparansi yang dilakukan Gubernur DKI Ja­karta Joko Widodo (Jokowi).

Dalam kajian ulang tersebut, harus dipastikan harga pem­ba­ngunan MRT tidak lebih mahal dari negara-negara Asia lain yang terlebih dulu sudah membangun MRT. Kajian juga untuk menge­tahui teknologi dari Jepang lebih canggih dari MRT negara lain, serta mengetahui harga riil pro­yek dan bukan harga titipan.

Kajian ulang yang dilakukan, paparnya, tidak akan meng­gang­gu jadwal yang telah ditetapkan, yaitu pada 2016, MRT akan ber­operasi. Sebab, menurutnya, bila perencanaan fisik MRT sudah ma­tang, aka pembangunannya pun dapat dipercepat.

“Jokowi meminta keterbu­ka­an. Harga proyek yang riil­nya. Ja­ngan terlalu tinggi, sehing­ga membebani masyarakat. Juga disesuaikan dengan dinamika pertumbuhan ruang untuk 20 ta­hun ke depan,” tutur Yayat.

Namun ia menyatakan, kebe­radaan MRT saja tidak akan me­mecahkan masalah kemacetan di Jakarta. MRT hanya dapat men­jadi alternatif moda tran­spor­tasi massal utama untuk me­nga­tasi kemacetan. “Pemprov DKI juga tetap harus punya program lain untuk me­ngatasi kemacetan, se­lain MRT,” tutur Yayat.

Pengamat transportasi lainnya Agus Pambagio juga berpenda­pat, bila Jakarta mau menjadi ibu­kota yang beradab seperti negara lain, ma­ka MRT sebagai trans­portasi massal harus ada. “Kalau tidak ada MRT, akan jauh ter­tinggal,” katanya.

Menurut Agus, kajian ulang yang dilakukan Jokowi merupa­kan langkah kehati-hatiannya. Sebab, tak hanya MRT yang di­kaji ulang, tapi juga monorel. Dari berbagai paparan yang di­lakukan PT MRT Jakarta selaku staf im­plementing agency, dia men­ja­min Jokowi sudah mema­hami betul pro­ses pendanaan MRT. Yaitu, an­tara pemerintah In­donesia de­ngan Jepang, di ma­na Pemprov DKI menjadi imple­im­plementing agency.

Terkait adanya pandangan hi­tungan biaya proyek pem­ba­ngunan MRT mahal, Agus menga­takan, perhitungan itu salah. Ka­rena yang digunakan eskalasi har­ga pada 2002, bukan tahun 2012.

Meski demikian, Agus  meni­lai, beroperasinya MRT pada 2016, tidak akan serta-merta me­nyelesaikan masalah kema­cetan di Jakarta. Melainkan ha­nya me­ngurangi 20 persen beban ken­daraan pribadi di sepanjang rute MRT, yaitu antara Lebak Bulus-Bun­deran Hotel Indonesia.

Berkaitan dengan hal ini, peme­rintah pusat melalui Badan Peren­canaan dan Pembangunan Nasio­nal (Bappenas) meminta komit­men emprov DKI Jakarta mene­ruskan proyek MRT. Direktur Teknik Transpor­tasi Bappenas Bambang Trihar­mono mengata­kan, MRT tahap I (Lebak Bulus-Bunderan HI) harus sudah bisa beroperasi pada 2016.

Wakil Ketua DPRD DKI Ja­karta Inggard Joshua menga­takan, pem­bangunan awal MRT akan segera dilaksanakan. Per­kem­­ba­ngan ren­cana pem­bangu­nan te­lah masuk tahapan pemba­hasan ang­garan di tingkat pusat.

“Saat ini masalah harga dan sebagainya sedang dibahas di BPKP (Badan Pengawas Keua­ngan Pembangunan), BPKD (Ba­dan Pengelolaan Keuangan Dae­rah), dan BPK (Badan Peme­riksa Keuangan) untuk menge­tahui proses dan detailnya,” kata Inggard. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US