RMOL. Maraknya kasus pembunuhan sadis yang terjadi di DKI Jakarta akhir-akhir ini membuat masyarakat ibukota resah. Setidaknya 55.006 kasus kejahatan dilaporkan terjadi, 150 terjadi kejahatan setiap hari atau setiap 9 menit 56 detik. Hampir separoh warga DKI depresi.
Demikian menurut data KepoÂlisian Metro Jaya 2010. Ada tiga kasus keÂjahatan yang menonjol di JaÂkarta. Yakni kasus pencurian kendaraan berÂmotor roda dua 8.649 kasus, atau naik 4,86 persen. Kasus perÂjudian 974 kasus atau naik 4,11 persen. Sementara kasus pembunuhan 79 kasus naik 5,06 perÂsen dari tahun sebelumnya.
Pekan lalu, kembali terungkap peristiwa pembunuhan. Seorang mayat perempuan tanpa identitas ditemukan dalam kardus di Jalan Kurnia, Gang D, Jakarta Timur. Tak berapa lama, mayat bocah perempuan berusia sekitar 16 tahun ditemukan dalam koper, ditemukan di Jalan Cakung-CilinÂcing, Cakung, Jakarta Timur.
BelaÂkaÂngan diketahui, pemÂbuÂnuhnya diÂduga adalah Rahmat Awawi (26), otak pelaku pemÂbuÂnuhan mayat dalam koper dan kardus tersebut.
Namun pengamat psikodinaÂmika masyarakat dari Universitas InÂdonesia (UI), Lukman S Sriamin menyatakan tidak setuju dengan pemicu seÂseorang melaÂkukan tindak kriÂminal lantaran kemisÂkiÂnan.
MeÂnurutnya, orang yang puÂnya jabatan dan karier cemerÂlang, bahkan hidup berkeÂcukupan juÂga bisa melakukan tindak kejahatan.
Sebaliknya, penegakan hukum yang tidak tegas dan hukuman yang tidak memberi efek jera, di nilai tidak menghentikan seseÂorang dari niat berbuat kejahatan.
Melihat geografis DKI Jakarta, dia menjelaskan, untuk meneÂgakan hukum, butuh aparat yang cukup. Terutama di Jakarta yang keÂpadatan penduduknya tinggi, yakni 13.005 jiwa per kilometer persegi.
Wilayah terpadat berlokasi di Jakarta Pusat, terutama di KecaÂmatan Johar Baru, dengan kepaÂdatan 46.500 jiwa per kilometer perÂsegi. Di beberapa wilayah terdapat jumlah penduduknya dengan tingkat kepadatan sangat tinggi, seperti di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Pengamat sosial dari UniverÂsitas Indonesia (UI) Devie RachmaÂwati menyebutkan, peÂnyakit tertinggi yang menyerang maÂsyarakat saat ini adalah depresi. Bahkan angkanya jauh di atas penyakit berbahaya memaÂtikan lainnya seperti jantung.
Lebih dari 40 persen masyaÂrakat mengalami depresi. SeÂdangkan penyakit jantung hanya 20 persen. Ini dinilai sebagai angka yang menÂcengangÂkan. “Depresi menÂjadi momok saat ini bagi maÂsyarakat. Angka ini jauh di atas penyakit lainnya,†kata Devie kemarin.
Dia menegaskan, tekanan-tekaÂnan yang menghantui memÂbuat mereka depresi dan menempuh jalan negatif sebagai solusinya. Termasuk mengÂhilangkan nyawa orang lain. Ditambah lagi konflik sosial dan pribadi membuat celah itu semakin besar. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: