Sulitnya untuk mendapatkan vaksin diakui oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam webinar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Minggu (18/4).
"Vaksin ini rebutan di seluruh dunia, makin lama makin keras rebutannya," ungkap Budi.
Menurut Budi, saat ini negara yang menjadi produsen vaksin Covid-19, seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, berusaha untuk menahan ekspor demi memprioritaskan kebutuhan di dalam negeri.
"Makanya ekspor vaksin sekarang hanya India, China, dan Rusia," lanjutnya.
Namun karena lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi baru-baru ini di India, Budi menyebut, otoritas India juga mulai memberlakukan kebijakan serupa dengan menahan produksi untuk kebutuhan dalam negeri.
Kebijakan itu lantas memicu tindakan balasan dari negara-negara lain yang menguasai bahan baku vaksin yang diproduksi India untuk menahan ekspornya.
"Jadi memang agak
complicated. Tapi syukur Indonesia kita supply-nya ada empat macam. Sehingga insya Allah walaupun agak tertunda
delivery vaksinnya, tapi kita bisa memperoleh sejumlah vaksin setiap bulannya, dalam order mungkin antara 5 sampai 15 juta (dosis)," jelas Budi.
Pemerintah Indonesia sendiri telah mengamankan kesepakatan pembelian vaksin Covid-19 produksi Sinovac dari China, AstraZeneca dari Inggris, Novavax dari Amerika-Kanada, dan BioNTech-Pfizer dari Jerman-Amerika.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.