Keheranan mantan Ketua Panitia Seleksi (Pansel) KPK itu ketika ICW kerap melontarkan pernyataan-pernyataan yang dianggap membuat gaduh penegakan hukum di tanah air. Misalnya, ketika meminta agar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Ketua KPK Firli Bahuri dari anggota Kepolisian.
Penyebabnya, Firli dianggap membangkang terhadap perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), terkait nasib 75 pegawai KPK yang tak lolos dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) saat proses alih status menjadi aparatur sipil negara (ASN).
"Harus jelas alasannya. Jangan merasa paling benar sendiri, paling bersih sendiri memandang yang lain buruk dibandingkan ICW. Jangan merasa paling hebat di Indonesia," kata Yenti dalam keterangan tertulis, Kamis (27/5).
Yenti menyarankan agar ICW lebih banyak lagi membaca dan mendalami ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang ada, sehingga memiliki pemahaman yang komperhensif terkait tata cara pemberhentian Firli dari institusi Polri.
"Mereka mengajarkan kita taat hukum, tapi mereka sendiri saja enak-enaknya," sindir Yenti.
Lebih lanjut, Yenti meminta KPK fokus menangani kasus korupsi, ketimbang larut dalam persoalan yang timbul akibat penonaktifan 75 pegawai KPK ini.
"KPK jangan terpancing urus itu saja, kasusnya malah tidak diurus," tandas Yenti.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: