Hal itu diungkapkan Menkopolhukam Wiranto di kantor KPU, kemarin. Menurut Wiranto, pemerintah memutuskan memindahkan Ba'asyir dari Lapas Gunung Sindur ke lapas yang berada di dekat kampung halamannya. Kemungkinan di Klaten, Jawa Tengah. "Spekulasi akan ada tahanan rumah, ada amnesti, grasi, sementara tidak ada. Saya harap selesai jangan terus dimunculkan," tegas Wiranto.
Menurut dia, pemindahan Ba'asyir berdasarkan pertimbangan kemanusiaan. Di antaranya, usia Ba'asyir yang sudah lanjut, memasuki kepala 8. Selain itu, kondisi kesehatannya juga kian menurun. Dengan dipindahkannya Ba'asyir ke lapas yang dekat dengan rumahnya, keluarga juga akan lebih mudah menjenguk.
Pemerintah sendiri, ditegaskan Wiranto, tetap memberikan fasilitas kesehatan terbaik untuk Ba'asyir. "Kalau perlu dengan helikopter untuk membawa ke rumah sakit," ucapnya. Meski begitu, Wiranto menegaskan, pengawasan dan perlakuan terhadap Ba'asyir di tempat penahanan barunya tetap sama.
Kapan Ba'asyir akan dipindah, Wiranto belum bisa memberikan tanggal pasti. "Akan dilakukan secepatnya," katanya. Untuk pemindahan itu, Kemenkopolhukam akan berkoordinasi dengan Kemenkumham.
Terpisah, Wapres Jusuf Kalla (JK) mendukung pemindahan Ba'asyir. "Saya kira itu suatu upaya yang baik. Itu mendekatkan dengan keluarga, bisa dikunjungi setiap saat," kata JK di kantornya, kemarin.
Sementara, Ketum MUI Ma'ruf Amin mengungkapkan, Presiden Jokowi sebetulnya akan mengabulkan grasi Ba'asyir. Namun, keluarga pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Sukoharjo itu tidak mau.
Ma'ruf menceritakan, dirinya mengusulkan pemberian grasi dua hari menjelang aksi demo bela Palestina kepada Presiden Jokowi. Saat itu, Jokowi baru saja pulang dari Turki. "Nah di ujung pertemuan saya usul, Abu Bakar Ba'asyir kan sudah sepuh dan sakit-sakit, akhirnya beliau mengatakan 'setuju'. Kata Presiden 'saya akan rawat dia, akan saya beri grasi dia," tutur Ma'ruf menirukan perkataan Jokowi.
Namun Ba'asyir menolak grasi karena tidak mau mengakui kesalahannya. Pun begitu dengan keluarganya. Sementara opsi agar Ba'asyir menjadi tahanan kota atau tahanan rumah juga kandas karena terbentur undang-undang. Akhirnya, muncul solusi tadi, yakni memindahkan Ba'asyir ke lapas yang berada di dekat kotanya. Namun, Ba’asyir juga menolak. "Beliau tidak mau," ucapnya. Satu-satunya jalan, kata Ma'ruf, adalah bebas bersyarat.
Ba'asyir memang sudah menyatakan tak bersedia dipindahkan. "Beliau dengan tegas menyatakan kepada Pak Achmad Michdan (pengacara dari TPM) dan putranya bahwa kalau dipindah ke lapas lain, beliau akan menolaknya, kecuali pindah ke rumahnya," ujar orang kepercayaan Ba'asyir, Hasyim. "Sampaikan ke Kemenkumham, beliau menolak kalau hanya pindah antar lapas."
Menurut Hasyim, selama ini Ba'asyir merasa cukup baik di Lapas Gunung Sindur. Selain itu, Ba’asyir bersikukuh tak akan mengajukan grasi lantaran merasa tidak bersalah. "Perihal permohonan grasi itu seperti yang disampaikan oleh ustad kepada pengacaranya, beliau tegas menyatakan tidak akan meminta grasi. Karena beliau tidak bersalah dalam kasusnya itu," ungkap Hasyim.
"Ngapain aku minta maaf ke manusia? Aku minta maaf ke Tuhan. Lagi, aku tidak bersalah," begitu kira-kira ucapan Ba’asyir ketika menolak mengajukan grasi karena harus mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Ba'asyir, lanjut Hasyim, kini hanya meminta haknya sebagai narapidana untuk berobat tidak dipersulit. "Beliau hanya minta dipermudah izin berobatnya saja," pinta Hasyim.
Terpisah, putra Abu Bakar Ba'asyir, Abdul Rochim Ba'asyir memastikan ayahnya tidak akan menyebarkan ideologi yang dianutnya. Sebelumnya, Menkopolhukam sempat menyatakan, Ba'asyir akan tetap diawasi. Dia tidak akan diizinkan bertemu dengan sembarang orang. Sebab, ada kekhawatiran Ba'asyir bakal menyebarkan ideloginya. "Ini soal kemanusiaan. Jangan dibawa-bawa itu lagi. Soal ideologi sudah tidak ketemu lagi. Apalagi nanti kalau ditahan di rumah maka urusannya dengan keluarga. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan soal pemikirannya," tegasnya.
Apalagi, lanjut Rochim, tindak pidana terorisme yang dituduhkan kepada ayahnya sejak tahun 2002 tidak pernah terbukti. Dia malah menuding, pemerintah Indonesia disetir oleh Australia dan Amerika Serikat. "Ini intervensi asing, mereka ikut campur urusan negara kita," tudingnya.
Sementara soal fasilitas kesehatan di Lapas Gunung Sindur, menurut Rochim, tak ada yang istimewa. Di sana, Ba'asyir yang mendekam di sel isolasi hanya dibantu satu napi untuk membantu menjalani aktivitasnya sehari-hari. "Jadi kalau mereka mengatakan mendapatkan fasilitas hebat itu tidak benar," tandasnya. ***
BERITA TERKAIT: