Bully Di Dunia Pendidikan Terulang Lagi, Kok Bisa Ya

Pelakunya Pelajar Hingga Mahasiswa

Selasa, 18 Juli 2017, 10:28 WIB
Bully Di Dunia Pendidikan Terulang Lagi, Kok Bisa Ya
Foto/Net
rmol news logo Aksi bully di dunia pendidikan kembali mencuat, pelakunya mulai pelajar hingga mahasiswa. Bila tidak pernah ada tinda­kan tegas, netizen khawatir aksi serupa bakal terus terulang di berbagai wilayah di Tanah Air.

Seperti diketahui, belum lama ini beredar dua video singkat di dunia maya. Video pertama soal aksi bully seorang mahasiswa terhadap rekannya yang menderita kebutuhan khusus (autis).

Aksi yang terjadi di dalam kampus Universitas Gunadarma Depok, sontak membuat geram netizen. Apalagi, korban dalam aksi bully itu adalah mahasiswa kebutuhan khusus dan dilakukan di hadapan mahasiswa lain tanpa ada satu pun yang membela.

Belum selesai kasus di Universitas Gunadarma, video bullying kembali beredar. Kali ini menimpa seorang pelajar perempuan di pusat perbe­lanjaan Thamrin City.

Sebagaimana ditampilkan dalam video berdurasi satu menit 25 detik yang diupload facebookers dengan nama akun Mak Lambe Turah. Dalam video tersebut tampak seorang remaja perempuan dijambak ram­butnya secara keji berulang kali oleh beberapa pelaku seusianya.

Sementara korban tak berdaya dan hanya pasrah. Dia juga disu­ruh menyalami dan mencium kaki pelaku. Lalu aksi itu dipotret dan divideokan.

"Timeline lagi rame sama kasus bullying. Baik dari SMP sampe kuliah. Kadang gue bingung itu sama yang bully, di rumah kurang perhatian ortu kah?," kata akun @rrrrrresta.

Akun @ars.projects di kolom komentar video tersebut setuju dengan usul @thenewbikingregtan, agar pelaku ditindak secara tegas. "Tolong segera ditindak dong. Please. Jangan didiemin," harapnya.

"Kejam betul ya. Lihat berita ten­tang ini, bikin kepala dan hati panas. Gimana kalau adek-adeknya nanti yang autisme? Harus ditindak ini mah," dukung @br.hombing16.

"Harus ada tidakan tegas dari sekolah setempat," usul akun @hajar_rohdin.

"Nggak manusiawi, nggak punya hati, biadab tu pembully," kutuk akun @haris_nanie.

"Mungkin sedang tidak berpikir. Sebagai ortu saya pasti sedih, andai anak saya autis, dia dibully teman-temannya. Padahal saya membesar­kannya dgn kesabaran," kata akun @satriaoetami81.

"“Tahun ajaran baru dan momment bully baru. Sama sama makan nasi. Jangan takut sama senior yaa!," kata akun @ochawitnesteka.

"Trotoar dipake pemotor, Anak Berkebutuhan khusus di bully.. Masih ada ya orang primitif di negri ini..," kata akun @dulsaranghaef4.

"Hanya orang primitif yang masih suka bully orang berkebutuhan khusus... Kemungkinan yang bully sebenernya yang berkebutuhan khusus," kata akun @Dheny_luvy.

"Innalillahi...bully oh bully...stu­dents please just study hard for your future not jambak jambakan or pukul pukulan," kicau akun @AyuFamous.

"Kalau mereka cerdas, rasanya "bully" gak akan terjadi ...apa yg salah jadinya? Sekolah? Atau kuali­tas guru yg menurun? Tanya deh...," tanua akun @shendra7652.

Bahkan artis Cornelia Agatha juga ikut menumpahkan kekesalannya dengan aksi bully yang kerap terjadi di dunia pendidikan. Melalui akun @Cornel_Onstage, pemeran tokoh Sara dalam Sinetron Si Doel Anak Sekolahan ini menuliskan pendap­atnya soal aksi bully.

"Sebetulnya tukang bully itu narsis berat,merasa dirinya paling kuat, hebat dan benar dari siapapun. Padahal....nothing. #StopBullying," tulisnya.

"Bully = tindakan pengecut. Udah jelas akan jadi apa nanti pas dewasa. #stopbullying #stopbullydisabilitas," timpal akun @ChintyaRahardjo.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan, aksi mem-bully dilatarbelakangi faktor kekerasan di keluarga dan lingkungan. Yohana mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengkajian mengenai maraknya aksi bullying tersebut.

Dia mengatakan, aksi ini tidak jauh karena aksi kekerasan di keluarga mau­pun lingkungan. "Ada beberapa faktor, pertama anak itu berasal dari keluarga yang suka melakukan kekerasan fisik di rumah dan kekerasan yang lain. Jadi mereka meniru dari yang dilakukan orang tua dan lingkungan di mana mereka tinggal. Akhirnya di sekolah bila terjadi kekacauan sedikit atau kericuhan, larinya ke masalah bullying begitu," kata Yohana.

Yohana mengatakan, berdasarkan peraturan yang dibuat, aksi bullly terse­but bisa dijerat lewat sistem peradilan anak. "Kalau sampai dimajukan ke ra­nah hukum maka akan berhadapan den­gan sistem peradilan pidana anak yang sistemnya restorative justice sehingga larinya akan ke mediasi," jelasnya.

Selain faktor keluarga dan lingkun­gan, Yohana juga mengatakan, faktor luar seperti media juga berpengaruh besar terhadap aksi bully ini. "Ya salah satunya itu, tadi pertama dari keluarga yang keras di rumah yang suka melakukan kekerasan fisik dan kedua dari hal eksternal dari faktor media itu, tontotan," katanya.

Terkait dengan tontonan atau saji­an lewat media, Yohana mengatakan harus ada pengkategorian yang lebih jelas dan tegas. Dia pun mencontoh­kan seperti negara Australia.

"Di negara-negara yang sudah maju seperti Australia, saya cukup lama di sana, khusus untuk acara anak-anak ditulis ada kategori. Jadi kalau restricted itu untuk orang dewasa tapi kalau ada perlu pendampingan orang itu ada apa itu istilahnya. Jadi ada kategori-kategori, jadi membatasi anak-anak tidak sampai terjerumus ke hal-hal itu," jelasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA