Seperti diketahui, belum lama ini beredar dua video singkat di dunia maya. Video pertama soal aksi bully seorang mahasiswa terhadap rekannya yang menderita kebutuhan khusus (autis).
Aksi yang terjadi di dalam kampus Universitas Gunadarma Depok, sontak membuat geram netizen. Apalagi, korban dalam aksi bully itu adalah mahasiswa kebutuhan khusus dan dilakukan di hadapan mahasiswa lain tanpa ada satu pun yang membela.
Belum selesai kasus di Universitas Gunadarma, video bullying kembali beredar. Kali ini menimpa seorang pelajar perempuan di pusat perbeÂlanjaan Thamrin City.
Sebagaimana ditampilkan dalam video berdurasi satu menit 25 detik yang diupload facebookers dengan nama akun Mak Lambe Turah. Dalam video tersebut tampak seorang remaja perempuan dijambak ramÂbutnya secara keji berulang kali oleh beberapa pelaku seusianya.
Sementara korban tak berdaya dan hanya pasrah. Dia juga disuÂruh menyalami dan mencium kaki pelaku. Lalu aksi itu dipotret dan divideokan.
"Timeline lagi rame sama kasus bullying. Baik dari SMP sampe kuliah. Kadang gue bingung itu sama yang bully, di rumah kurang perhatian ortu kah?," kata akun @rrrrrresta.
Akun @ars.projects di kolom komentar video tersebut setuju dengan usul @thenewbikingregtan, agar pelaku ditindak secara tegas. "Tolong segera ditindak dong. Please. Jangan didiemin," harapnya.
"Kejam betul ya. Lihat berita tenÂtang ini, bikin kepala dan hati panas. Gimana kalau adek-adeknya nanti yang autisme? Harus ditindak ini mah," dukung @br.hombing16.
"Harus ada tidakan tegas dari sekolah setempat," usul akun @hajar_rohdin.
"Nggak manusiawi, nggak punya hati, biadab tu pembully," kutuk akun @haris_nanie.
"Mungkin sedang tidak berpikir. Sebagai ortu saya pasti sedih, andai anak saya autis, dia dibully teman-temannya. Padahal saya membesarÂkannya dgn kesabaran," kata akun @satriaoetami81.
"“Tahun ajaran baru dan momment bully baru. Sama sama makan nasi. Jangan takut sama senior yaa!," kata akun @ochawitnesteka.
"Trotoar dipake pemotor, Anak Berkebutuhan khusus di bully.. Masih ada ya orang primitif di negri ini..," kata akun @dulsaranghaef4.
"Hanya orang primitif yang masih suka bully orang berkebutuhan khusus... Kemungkinan yang bully sebenernya yang berkebutuhan khusus," kata akun @Dheny_luvy.
"
Innalillahi...
bully oh bully...stuÂdents please just study hard for your future not jambak jambakan or pukul pukulan," kicau akun @AyuFamous.
"Kalau mereka cerdas, rasanya "bully" gak akan terjadi ...apa yg salah jadinya? Sekolah? Atau kualiÂtas guru yg menurun? Tanya deh...," tanua akun @shendra7652.
Bahkan artis Cornelia Agatha juga ikut menumpahkan kekesalannya dengan aksi bully yang kerap terjadi di dunia pendidikan. Melalui akun @Cornel_Onstage, pemeran tokoh Sara dalam
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan ini menuliskan pendapÂatnya soal aksi bully.
"Sebetulnya tukang bully itu narsis berat,merasa dirinya paling kuat, hebat dan benar dari siapapun. Padahal....nothing. #StopBullying," tulisnya.
"Bully = tindakan pengecut. Udah jelas akan jadi apa nanti pas dewasa. #stopbullying #stopbullydisabilitas," timpal akun @ChintyaRahardjo.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan, aksi mem-bully dilatarbelakangi faktor kekerasan di keluarga dan lingkungan. Yohana mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengkajian mengenai maraknya aksi bullying tersebut.
Dia mengatakan, aksi ini tidak jauh karena aksi kekerasan di keluarga mauÂpun lingkungan. "Ada beberapa faktor, pertama anak itu berasal dari keluarga yang suka melakukan kekerasan fisik di rumah dan kekerasan yang lain. Jadi mereka meniru dari yang dilakukan orang tua dan lingkungan di mana mereka tinggal. Akhirnya di sekolah bila terjadi kekacauan sedikit atau kericuhan, larinya ke masalah bullying begitu," kata Yohana.
Yohana mengatakan, berdasarkan peraturan yang dibuat, aksi bullly terseÂbut bisa dijerat lewat sistem peradilan anak. "Kalau sampai dimajukan ke raÂnah hukum maka akan berhadapan denÂgan sistem peradilan pidana anak yang sistemnya restorative justice sehingga larinya akan ke mediasi," jelasnya.
Selain faktor keluarga dan lingkunÂgan, Yohana juga mengatakan, faktor luar seperti media juga berpengaruh besar terhadap aksi bully ini. "Ya salah satunya itu, tadi pertama dari keluarga yang keras di rumah yang suka melakukan kekerasan fisik dan kedua dari hal eksternal dari faktor media itu, tontotan," katanya.
Terkait dengan tontonan atau sajiÂan lewat media, Yohana mengatakan harus ada pengkategorian yang lebih jelas dan tegas. Dia pun mencontohÂkan seperti negara Australia.
"Di negara-negara yang sudah maju seperti Australia, saya cukup lama di sana, khusus untuk acara anak-anak ditulis ada kategori. Jadi kalau restricted itu untuk orang dewasa tapi kalau ada perlu pendampingan orang itu ada apa itu istilahnya. Jadi ada kategori-kategori, jadi membatasi anak-anak tidak sampai terjerumus ke hal-hal itu," jelasnya. ***
BERITA TERKAIT: