"Saya baru tahu di Bali ternyata ada kampung yang 68 persen warganya terlibat seÂbagai pemakai dan pengedar narkoba. Saya tahu ini berdasarÂkan pengakuan warga," kata Budi Waseso di Kantor BNNP Semarang, Jawa Tengah,
Meski heran, pria yang akrab disapa Buwas ini menjelaskan bahwa sebenarnya banyak faktor yang jadi penyebab terÂbentuknya kampung narkoba di Bali ini.
Selain karena pengaruh banyaknya turis mancanegara yang datang ke pulau tersebut, juga diawali keinginan warga mencoba narkoba, dan memperÂdagangkannya.
"Oleh karena itu, saat ini BNN sedang bergerak memutus mata rantai perdagangan di kampung tersebut, dan berupaya menangani pengguna yang antara lain juga berkaitan dengan reÂhabilitasi," ujarnya.
Namun demikian, Buwas yakin, kampung di Bali ini hanyalah satu dari banyaknya kawasan di seluruh Indonesia yang menjadi pusat bisnis narkoba. Peredaran narkoba sendiri bahkan sudah masuk hampir ke semua kalangan. Termasuk juga. TNI yang selama ini terkenal disiplin dan keras dalam memÂberikan sanksi.
"Ini membuktikan bahwa saat ini sudah tak ada wilayah di Republik Indonesia ini yang clean dari pengaruh narkotika. Tak hanya di TNI, peredaran narkoba juga sudah masuk ke lingkungan BNN," terangnya.
Oleh karena itu, Buwas meÂnegaskan bahwa persoalan Narkotika ini menjadi keprihaÂtinan bersama untuk mengatasi dan menanggulangi, karena yang dirugikan adalah generasi bangsa. Apalagi, Indonesia telah ditetapkan oleh Presiden RI Joko Widodo sebagai negara Darurat Narkoba yang terindikasi dari banyaknya kasus narkoba yang berhasil diungkap BNN dan Polri.
"Narkotika yang masuk ke Indonesia, banyak disuplai dari negara-negara luar, baik Eropa maupun China. Belum lagi banyaknya pengguna yang teÂlah terungkap maupun belum terungkap," tuturnya.
Buwas mengungkapkan, saat ini ada 11 negara asal narkotika yang mengirim ke Indonesia. narkoba yang masuk nilainya ton-tonan dan triliunan rupiah bila dinilai dengan uang. BNN sendiri bahkan mencatat, setiap bulan ada 15 orang tewas karena Narkoba
Sedangkan tiap tahunnya beÂlum tentu ada belasan bandar yang dihukum mati karena puÂtusan pengadilan. Sehingga jumlah ini tak akan menguÂrangi peredaran narkotika di Indonesia.
"Sekarang ini narkotika suÂdah merambah internet perdagangannya. Ada 72 jaringan yang bertransaksi lewat internet dan pengirimannya melalui paket. Omzet mereka setahunÂnya mencapai Rp 72 triliun. Pada hasil operasi tahun lalu, selama dua bulan telah membongkar jaringan dengan omzet Rp 1,8 triliun. Oleh karena itu, saya minta jangan ada pembiaran terhadap kejahatan narkoba kaÂlau kita mau menyelamatkan generasi kita," tegas Buwas.
Terkair penyebaran narkoba, menurut Buwas, banyak cara yang dilakukan pengedar untuk memasarkan barang tersebut. Seperti lima kasus yang ditemuÂkan BNN belakangan ini. Di maÂna para pengedar mencampurkan narkoba ke dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak TK.
"Dari hasil penemuan dan juga laporan dari masyarakat, anak-anak TK terkontaminasi melalui makanan dan minuman dan ternyata mereka tidak perlu membayar," katanya.
Modusnya, sebut Buwas, ternyata warung-warung di sekiÂtar sekolah TK tersebut dibiayai oleh sindikat jaringan narkoba untuk memberikan campuran pada berbagai makanan dan miÂnuman yang dijual. ***
BERITA TERKAIT: