Sehingga, lanjut dia, mustahil apabila kepala daerah tidak pernah menerima hadiah atau janji setelah atau sebelum menduduki jabatannya.
"Tidak ada orang miskin yang maju Pilkada. Karena uangnya harus banyak. Untuk bayar ini, itu perlu banyak uang. Dan mustahil ada kepala daerah yang tidak menerima hadiah atau janji. Semuanya pasti terima," sumbar Fuad Amin Imron saat ditanya jaksa soal pengeluarannya saat Pilkada yang diikutinya, dalam persidangan lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (16/9).
Sebelumnya, Fuad Amin Imron menjabat sebagai Bupati Bangkalan, Madura sejak tahun 2003 hingga 2012.
Ia mengaku pada tahun pertama mengikuti Pilkada tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya.
Hal tersebut diklaimnya karena menggunakan karisma keluarga yang terkenal sebagai tokoh Madura. Fuad merupakan cucu dari Mbah Kyai Kholil seorang ulama besar di Madura.
"Saat itu ada istilah, kalau di Madura tidak pilih saya bakal kualat," katanya.
Pengeluaran lebih banyak, imbuh Fuad, justru terjadi pada periode berikutnya, tahun 2008.
"Saat itu Pilkada langsung, meski saya didukung tokoh dan partai, di Bangkalan itu 18 kecamatan, ya kalau diundang tentunya ada uang buat beli minuman, tapi saya lupa waktu itu berapa buat Pilkada," tutur Fuad.
Pada kesempatan itu, Fuad yang terlihat mengenakan kemeja putih dan peci hitam sempat menyatakan permintaan maaf kepada seluruh pendukungnya yang hadir di Pengadilan.
"Saya hidup tidak pernah punya hutang dan tidak pernah menipu orang. Itu prinsip saya. Saya keturunan orang baik-baik, kalau kemudian saya jadi terdakwa saat ini, malu saya. Tapi saya pasrah," ucap Fuad dengan nada miris
.[wid]
BERITA TERKAIT: