"Namun demikian kita sudah dapat menebak kriteria Capim KPK seperti apa yang dikehendaki oleh para politisi di Senayan, karena secara psichologis, DPR masih trauma dengan begitu banyaknya anggotanya yang diseret ke proses hukum dalam perkara korupsi pada era AS (Abraham Samad) dan BW (Bambang Widjojanto) pimpin KPK," ungkap Koordinator TPDI Petrus Selestinus saat berbincang dengan media, Rabu (24/6).
Karena itu sambung Petrus, ujung dari kompromi di DPR adalah memilih capim KPK yang sedang-sedang saja kualitasnya. Setidak-tidaknya, gaya kepemimpinan seperti Ruki yang akan mereka pilih. Sebab, bagi DPR, pimpinan KPK ke depan tidak boleh terlalu keras seperti gaya pimpinan KPK periode AS dan BW.
"Karena itu Pansel Capim KPK akan kesulitan meloloskan capim dengan kualitas kelas satu, karena akan digugurkan oleh DPR ketika proses uji kelayakan dilakukan DPR," terangnya.
Lanjut Petrus, pimpinan KPK ke depan harus benar-benar steril dari kasus-kasus pidana atau yang dapat direkayasa menjadi kasus pidana. Kriminalisasi yang dialami oleh AS dan BW kemarin telah membuat banyak capim berkualitas, tidak berani masuk mengikuti seleksi capim kali ini.
"Karena itu karakter pimpinan KPK ke depan selain Kompeten di bidangnya dan memiliki Integritas yang tinggi, maka capim KPK ke depan juga harus memiliki keberanian untuk menyatakan tidak kepada kekuatan politik/penguasa yang mencoba mengintervensi kerja KPK," terangnya.
Petrus tegaskan, selain memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat secara ke dalam dan ke luar, pengganti Taufiqurrahman Ruki cs harus mampu bekerja sama dengan penegak hukum lain, Kejaksaan, Kepolisian, serta BPK.
"Ujian utama pimpinan KPK ke depan adalah memiliki keberanian menuntaskan penyelidikan dan penyidikan kasus BLBI dan kasus Bank Century serta kasus-kasus besar lainnya," tandas Petrus.
[sam]
BERITA TERKAIT: