Boediono mengatakan itu menjawab pertanyaan dari jaksa penuntut umum, Guntur Ferry, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat sore (9/5).
"Kami sebutkan pada waktu itu, masalah situasi yang mengenai suku bunga dan sebagainya. Jadi, intinya yang kami sampaikan bukan baik-baiknya saja semuan. Dan itu ada dalam notulen rapat itu, pada tanggal 20 sore," terang Boediono dalam sidang terdakwa Budi Mulya, beberapa saat lalu.
Dia mengaku tidak ada penjelasan soal kegagalan Bank Century saat itu. Dia beralasan, penjelasan soal itu akan menimbulkan penarikan uang besar-besaran.
"Tidak, karena rapat besar itu. Bila kita sampaikan ada masalah Bank Century, sama saja kita bunuh diri, karena semua akan tersebar bahwa ada satu bank yang kesulitan likuiditas, dan saya yakin dalam satu jam akan ada rush," jelasnya.
Rapat yang dimaksudnya adalah rapat di Istana Wakil Presiden di mana hadir para menteri termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Saya tidak ingat apa yang disampaikan oleh menteri-menteri lain, tetapi yang saya sampaikan dalam rapat itu adalah situasi moneter kita, keuangan kita. Saya tidak gunakan kata gawat, tetapi dalam keadaan tertekan," terangnya.
Dalam kesaksiannya di Pengadilan Tipikor kemarin, Kalla mengaku baru tahu soal masalah Bank Century dan adanya kucuran uang lebih dari Rp 2 triliun ke bank itu, pada 25 November 2008.
Kata dia, kedua pejabat itu tidak mengatakan apapun soal Century dalam Rapat Kabinet tanggal 20 November 2008.
Kalla mengetahui belakangan pula bahwa Sri Mulyani dan Boediono serta sejumlah pejabat BI menggelar rapat tak lama setelah rapat bersamanya itu hingga keesokan hari. Keputusan rapat itu adalah Bank Century divonis sebagai bank gagal berdampak sistemik sehingga perlu dibantu dengan dana talangan.
[ald]
BERITA TERKAIT: