Mengutip
AFP, sebanyak 214 orang masih belum ditemukan. Sementara itu, lebih dari 2 juta penduduk kini terdampak langsung oleh rangkaian bencana hidrometeorologis tersebut.
Organisasi Penelitian Bangunan Nasional (NBRO) memperingatkan bahwa situasi berpotensi memburuk. Curah hujan ekstrem diprediksi masih mengguyur wilayah perbukitan dan dapat mempertinggi risiko tanah longsor.
"Karena curah hujan dalam 24 jam terakhir telah melebihi 150 milimeter, jika hujan terus berlanjut, segera evakuasi ke lokasi aman untuk menghindari risiko tanah longsor," tulis NBRO dalam pernyataannya pada Sabtu, 6 Desember 2025.
Banjir besar yang terjadi kali ini dipicu kedatangan hujan monsun. Meski sebagian wilayah yang terdampak pada pekan lalu mulai surut, intensitas hujan yang kembali meningkat menimbulkan ancaman baru.
Sri Lanka sebelumnya juga baru dihantam siklon Ditwah pada akhir November. Presiden Anura Kumara Dissanayake sempat menetapkan status darurat pada untuk membuka pintu bantuan internasional.
Rangkaian bencana ini disebut sebagai yang paling mematikan sejak 2017, ketika banjir dan longsor menewaskan lebih dari 200 orang di negara tersebut.
BERITA TERKAIT: