Dalam pernyataannya, militer Israel menegaskan mereka tidak akan membiarkan Hizbullah membangun kembali kekuatannya. “Kami tidak akan membiarkan Hizbullah mempersenjatai diri dan mengancam Israel,” kata juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, dikutip dari
AFP, Jumat 7 November 2025.
Presiden Lebanon Joseph Aoun mengecam serangan itu sebagai kejahatan besar dan menuduh Israel menolak penyelesaian damai. “Hampir setahun sejak gencatan senjata, tapi Israel terus menolak solusi diplomatik,” ujarnya.
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah tercapai pada November 2024 setelah lebih dari setahun bentrokan. Namun, Israel menuding Hizbullah -- kelompok bersenjata yang didukung Iran -- masih mencoba memulihkan kekuatannya di perbatasan.
Militer Lebanon menuduh Israel “merusak stabilitas Lebanon” dan menghambat penerapan penuh kesepakatan damai, yang seharusnya memungkinkan pasukan Lebanon dan penjaga perdamaian PBB menjaga wilayah selatan saat Hizbullah mundur.
Sementara itu, Hizbullah menegaskan menolak perundingan langsung dengan Israel. Dalam pernyataan publiknya, kelompok itu menulis, “Kami menolak negosiasi politik apa pun dengan musuh dan menegaskan hak kami untuk membela diri.”
PBB memperingatkan bahwa gelombang serangan terbaru mengancam kemajuan menuju solusi politik dan diplomatik di Lebanon selatan.
BERITA TERKAIT: