Pengunduran diri ini mengejutkan karena Lecornu baru menjabat selama 27 hari dan hanya berselang kurang dari 24 jam setelah ia menunjuk kabinet baru. Langkah ini memicu sekutu utama koalisi menarik dukungan mereka.
"Syarat-syarat tidak terpenuhi bagi saya untuk menjalankan fungsi saya sebagai perdana menteri," kata Lecornu, dikutip dari
France24, Selasa 7 Oktober 2025.
Situasi tersebut memperdalam krisis politik di Prancis dan membuat Presiden Emmanuel Macron semakin tertekan. Istana Kepresidenan mengatakan Macron, yang saat ini mencatat rekor terendah dalam jajak pendapat, menerima pengunduran diri tersebut.
Lecornu sebelumnya menggantikan Francois Bayrou pada 9 September 2025. Ia menjadi perdana menteri keempat dalam waktu kurang dari setahun -- periode yang menunjukkan ketidakstabilan politik berkepanjangan di Prancis. Kini, Lecornu tercatat sebagai perdana menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Republik Kelima sejak 1958.
Kekacauan politik di Prancis bermula setelah Macron menggelar pemilu legislatif dini tahun lalu, yang menghasilkan Majelis Nasional yang sangat terpecah. Meski sudah lebih dari tiga minggu berusaha mencari dukungan untuk menghindari mosi tidak percaya, Lecornu dipaksa mundur hanya beberapa jam setelah membentuk kabinetnya pada Minggu. Ia kehilangan dukungan dari kelompok konservatif yang menguasai 50 kursi karena keberatan dengan pilihannya untuk menteri pertahanan.
Senin malam, kantor Macron menyatakan bahwa Presiden meminta Lecornu melakukan “negosiasi akhir” selama dua hari ke depan demi menjaga stabilitas nasional. Pernyataan ini memberi sinyal adanya peluang bagi Lecornu untuk tetap bertahan dan mencoba membentuk pemerintahan baru. Namun, tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.
Kabar pengunduran diri ini mengguncang pasar saham. Indeks utama CAC-40 di Prancis sempat anjlok hampir 2 persen sebelum akhirnya menutup sebagian kerugiannya.
BERITA TERKAIT: