Keputusan itu dipengaruhi kekhawatiran Tokyo bahwa langkah tersebut dapat memperburuk situasi di Timur Tengah sekaligus merusak hubungan dengan Amerika Serikat.
Mengutip laporan
Asahi Shimbun pada Minggu, 21 September 2025, pemerintahan Presiden Donald Trump secara langsung menyampaikan penolakannya terhadap kemungkinan Jepang mendukung pengakuan negara Palestina.
Sementara itu, sejumlah sekutu utama Washington seperti Inggris, Australia, Kanada, dan Prancis telah menyatakan siap memberikan dukungan dalam forum internasional tersebut.
Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya menegaskan bahwa serangan baru Israel untuk mengambil alih kendali penuh atas Gaza justru memperburuk krisis kemanusiaan.
“Kami mendesak Israel untuk segera mengambil langkah nyata guna mengakhiri krisis kemanusiaan yang parah ini, serta mematuhi hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional,” kata Iwaya.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang sebelumnya dijadwalkan akan berbicara mengenai Gaza dan mendorong solusi dua negara di New York, disebut tidak akan terlibat dalam diskusi pengakuan Palestina.
Saat ini, sekitar 150 negara di dunia telah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.
Seorang akademisi Jepang yang enggan disebutkan namanya menilai keputusan Tokyo justru memalukan.
“Jepang sebelumnya mengatakan masih mempertimbangkan situasi, tetapi memutuskan untuk menolak pengakuan hampir pasti merupakan semacam gestur kepada AS,” ujarnya, seperti dimuat
South China Morning Post. Sikap itu, lanjut sang akademisi, menempatkan Jepang dalam posisi lemah dibandingkan sekutu lain Amerika.
“Itu bukan tampilan yang baik dan menempatkan Jepang dalam posisi lemah dibandingkan sekutu AS lainnya yang berani berbeda pendapat dengan pemerintahan Trump,” kata dia.
Senada, Robert Dujarric, Direktur Bersama Institute of Contemporary Asian Studies di Universitas Temple, Tokyo, menilai keputusan Jepang tidak akan membawa pengaruh nyata di lapangan.
“Tidak ada negara di Timur Tengah yang peduli, dan satu-satunya negara yang penting bagi Jepang dalam isu ini hanyalah AS,” tegasnya.
Menurut Dujarric pengakuan terhadap Palestina tidak membawa banyak keuntungan bagi Jepang, bahkan bisa membuat Trump marah.
“Sekalipun Jepang mengakui Palestina, dampaknya nol, tetapi risikonya adalah membuat Trump tersinggung," ungkapnya.
BERITA TERKAIT: