Tiga Perusahan China Diduga Dalangi Peretasan Internasional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 28 Agustus 2025, 14:36 WIB
Tiga Perusahan China Diduga Dalangi Peretasan Internasional
Ilustrasi (Foto:Freepik)
rmol news logo Tiga perusahaan teknologi asal China diduga terlibat dalam aktivitas peretasan berskala besar. Ketiganya adalah Sichuan Juxinhe Network Technology, Beijing Huanyu Tianqiong Information Technology, dan Sichuan Zhixin Ruijie Network Technology.

Tuduhan ini datang dari sebuah koalisi internasional yang cukup luas, terdiri dari Amerika Serikat, negara-negara sekutu berbahasa Inggris seperti Australia, Inggris, Kanada, dan Selandia Baru, serta beberapa negara lain termasuk Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Polandia, dan Spanyol.

Dikutip dari Reuters, Kamis 28 Agustus 2025, dalam laporan setebal 37 halaman yang diterbitkan pada Rabu, koalisi tersebut menuding ketiga perusahaan China ini menyediakan “produk dan layanan siber” kepada badan intelijen China, termasuk unit Tentara Pembebasan Rakyat dan Kementerian Keamanan Negara.

Departemen Keuangan AS sendiri telah menjatuhkan sanksi terhadap Sichuan Juxinhe karena diduga terlibat dengan kelompok peretas bernama "Salt Typhoon" atau "Badai Garam". Kelompok ini dituduh membobol rekaman panggilan telepon warga AS, termasuk komunikasi pejabat tinggi di Washington.

Sementara itu, Beijing Huanyu Tianqiong dan Sichuan Zhixin Ruijie diduga terlibat dalam kebocoran data besar yang baru-baru ini terungkap, meski detailnya belum dijelaskan.

Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, pejabat tinggi siber FBI Brett Leatherman mengatakan bahwa Salt Typhoon bertanggung jawab atas “salah satu pelanggaran spionase siber paling berpengaruh yang pernah terjadi di AS.”

Menurut laporan WSJ, para peretas ini telah menargetkan lebih dari 80 negara dan menunjukkan minat terhadap lebih dari 600 perusahaan di seluruh dunia.

Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya secara rutin mengecam entitas China yang diduga terlibat dalam spionase siber. Namun, kasus kali ini menarik perhatian besar karena melibatkan koalisi internasional luas dan dianggap sebagai salah satu operasi peretasan terbesar dalam sejarah. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA