Hal tersebut diungkapkan Trump dalam wawancaranya dengan Fox News. Kepala negara Paman Sam itu mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping pernah berjanji terkait invasi tersebut.
“Saya rasa hal itu tidak akan terjadi selama saya di sini. Presiden Xi mengatakan kepada saya, ‘Saya tidak akan pernah melakukannya selama Anda menjadi presiden.’ Saya menghargai itu, tetapi dia juga berkata bahwa China sangat sabar,” kata Trump, dikutip CNN pada Senin, 18 Agustus 2025.
Trump dan Xi diketahui terakhir kali berkomunikasi via telepon pada Juni lalu, percakapan pertama yang diumumkan publik sejak Trump menjabat periode keduanya.
Pada April, Trump juga menyebut Xi sempat menghubunginya, meski tanpa menyebutkan kapan tepatnya panggilan itu terjadi.
China sendiri memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berjanji suatu hari akan “menyatukan kembali” bahkan dengan cara kekerasan jika diperlukan.
Taiwan menolak klaim tersebut dan menyatakan tetap mempertahankan kedaulatannya.
Menanggapi pernyataan Trump, Kedutaan Besar China di Washington menegaskan bahwa isu Taiwan adalah masalah paling penting dan sensitif dalam hubungan China-AS.
“Pemerintah AS harus mematuhi prinsip One China dan tiga komunike bersama, serta menjaga perdamaian di Selat Taiwan,” kata Jurubicara Liu Pengyu.
Hingga saat ini, Pemerintah Taiwan belum memberikan komentar resmi. Namun, seorang anggota parlemen senior dari Partai Progresif Demokratik, Wang Ting-yu, menyampaikan apresiasi terhadap dukungan sekutu, termasuk AS.
“(Namun) keamanan tidak bisa hanya bergantung pada janji musuh atau bantuan dari teman. Memperkuat pertahanan kita sendiri sangat penting,” tuturnya.
BERITA TERKAIT: