Meskipun kemungkinan tabrakan ini relatif kecil, sekitar 2,3 persen, para astronom terus memantau pergerakan asteroid ini dengan cermat.
"Tidak banyak yang diketahui tentang 2024 YR4, tetapi asteroid itu diperkirakan memiliki lebar 40 hingga 90 meter, kisaran ukuran yang sebanding dengan bangunan besar," kata Paul Chodas, manajer Pusat Studi Objek Dekat Bumi, atau CNEOS, di Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, seperti dikutip dari
CNN, Selasa 18 Februari 2025.
Jika terjadi tabrakan, energi yang dilepaskan dapat mencapai 8 megaton, lebih dari 500 kali lipat kekuatan bom atom Hiroshima.
Sebagai perbandingan, peristiwa Tunguska pada tahun 1908, yang disebabkan oleh asteroid berukuran sekitar 55 hingga 60 meter, menghancurkan area seluas 2.200 kilometer persegi di Siberia.
Para ilmuwan dari berbagai lembaga, termasuk NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA), bekerja sama untuk memantau lintasan 2024 YR4.
Observatorium di Hawaii, seperti yang dikelola oleh Institut Astronomi Universitas Hawaii, memainkan peran penting dalam melacak asteroid ini. Selain itu, Teleskop Luar Angkasa James Webb direncanakan akan digunakan untuk mengamati asteroid ini lebih lanjut guna mendapatkan data yang lebih akurat mengenai ukuran dan orbitnya.
Meskipun peluang tabrakan saat ini rendah, para ilmuwan mempertimbangkan berbagai strategi mitigasi, termasuk penggunaan misi seperti Double Asteroid Redirection Test (DART) yang berhasil mengubah orbit asteroid Dimorphos pada tahun 2022. Namun, waktu yang tersedia hingga potensi tabrakan pada tahun 2032 mungkin tidak cukup untuk merencanakan dan melaksanakan misi defleksi yang efektif.
BERITA TERKAIT: