Maroko menegaskan akan terus mendukung reformasi di Uni Afrika dan menentang upaya apa pun yang menghambat kemajuan organisasi.
“Berdasarkan akar sejarahnya yang kuat di Afrika, Maroko berkomitmen untuk menempatkan kepentingan vital warga Afrika dalam perdamaian, keamanan, dan pembangunan sebagai prioritas utama,” bunyi pernyataan yang dirilis
MAP pada Minggu, 16 Februari 2025.
Dengan kontribusi substansial dan pendekatan inovatif, Maroko bertekad memperkuat posisi Afrika di kancah global dan memastikan agenda pan-Afrika tetap berfokus pada kepentingan nyata rakyat benua tersebut.
KTT Uni Afrika 2025 membahas berbagai isu penting seperti perdamaian dan keamanan, integrasi benua, keamanan kesehatan, dan perubahan iklim, serta memperbarui kepemimpinan Komisi AU.
Agenda KTT kali ini tidak mencakup isu Sahara Maroko, yang menjadi pukulan bagi pihak-pihak yang menentang integritas teritorial Kerajaan.
Organisasi pan-Afrika tersebut menegaskan fokusnya pada isu-isu prioritas yang mendesak bagi Afrika, menghindari eksploitasi isu tertentu untuk kepentingan politik sempit.
Sebagai bagian dari kontribusi aktifnya, Maroko ikut serta dalam pertemuan Dewan Perdamaian dan Keamanan AU di tingkat Kepala Negara dan Pemerintahan.
Salah satu inisiatif penting yang didukung secara bulat adalah usulan Maroko mengenai gencatan senjata kemanusiaan di Sudan selama bulan suci Ramadan.
Langkah ini bertujuan untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan secara bebas tanpa diskriminasi.
Selain itu, Maroko juga terlibat dalam pertemuan tingkat tinggi mengenai pembiayaan kesehatan. Dalam kesempatan tersebut, Kerajaan mengumumkan kontribusi substansial untuk memperkuat keamanan kesehatan di benua Afrika.
Sejak kembali ke Uni Afrika pada 2017, Maroko telah menjadi pemain kunci dalam organisasi ini.
“Dalam waktu yang relatif singkat, Maroko telah menunjukkan kredibilitas dan visi yang proaktif, menjadikannya mitra terpercaya di berbagai bidang kerja sama,” ujar seorang pejabat AU.
Maroko juga telah memegang peran penting di berbagai struktur AU. Kerajaan dipercaya sebagai anggota Dewan Perdamaian dan Keamanan selama dua periode (2018-2020 dan 2022-2025) dan telah memegang jabatan ketua pada tiga kesempatan berbeda.
Inisiatif seperti Deklarasi Tangier mendapat dukungan bulat dari Konferensi AU sebagai respons komprehensif terhadap tantangan perdamaian dan keamanan di benua tersebut.
Pada 2018, Uni Afrika menunjuk Raja Mohammed VI sebagai Pemimpin dalam masalah Migrasi, dengan Rabat sebagai tuan rumah Observatorium Migrasi Afrika.
Inisiatif iklim yang diusulkan oleh Maroko sejak KTT Aksi Afrika 2016 juga terus menjadi contoh sukses bagi negara-negara Afrika dalam membangun ketahanan iklim.
BERITA TERKAIT: