Perwakilan WHO untuk Palestina, Rik Peeperkorn mengatakan pemulihan itu memerlukan waktu lima hingga tujuh tahun ke depan dengan rekonstruksi tahap awal untuk sektor kesehatan di Gaza sekitar 3 miliar Dolar AS (Rp49 triliun).
"Kerusakan di Gaza sangat besar. Saya belum pernah menyaksikan kehancuran seperti ini sepanjang hidup saya," ungkapnya, seperti dilaporkan
CNA, Sabtu 18 Januari 2025.
Saat ini, WHO melaporkan bahwa kurang dari separuh rumah sakit di Gaza masih beroperasi. Kondisi ini semakin memperburuk akses layanan kesehatan bagi warga yang terdampak.
Sementara itu, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyambut positif pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas, meski dengan kewaspadaan.
"Kami lega mendengar kabar ini, tetapi kami juga harus berhati-hati karena harapan palsu pernah terjadi sebelumnya. Jika kedua pihak berkomitmen, gencatan senjata harus segera dimulai," ujarnya.
Tedros juga menegaskan bahwa perdamaian merupakan langkah terbaik untuk menciptakan kondisi pemulihan, baik bagi Gaza maupun Israel.
"Obat terbaik adalah perdamaian. Mari kita mulai proses penyembuhan ini demi kepentingan bersama," tambahnya.
WHO berkomitmen memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza, tetapi Peeperkorn mengingatkan bahwa hambatan keamanan dan politik harus segera diatasi untuk memperlancar distribusi bantuan.
"Kami membutuhkan akses cepat, aman, dan tanpa hambatan untuk memastikan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau seluruh wilayah Gaza," tegasnya.
BERITA TERKAIT: