Staf umum Tentara Rakyat Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang dirilis
Kantor Berita Resmi KCNA menyebut keputusan itu akan sepenuhnya memisahkan wilayah Korea Utara dari wilayah Korea Selatan.
"Sebuah proyek akan diluncurkan pertama kali pada 9 Oktober untuk sepenuhnya memutus jalur jalan dan rel kereta yang terhubung ke Korea Selatan dan membentengi area terkait di pihak kami dengan struktur pertahanan yang kuat," bunyi pernyataan tersebut.
Tentara Pyongyang mengklaim penutupan perbatasan dilakukan sebagai respons terhadap manuver militer yang dilakukan Korea Selatan bersama rekannya Amerika Serikat.
"Bagi tentara kami untuk secara permanen menutup dan memblokir perbatasan selatan dengan ROK, negara musuh utama dan musuh utama yang tidak berubah-ubah, dalam situasi saat ini merupakan tindakan membela diri untuk menghambat perang dan mempertahankan keamanan DPRK (nama lain Korea Utara)," tegasnya.
Korea Utara mengatakan pihaknya telah mengirim pesan telepon ke militer AS di Korea Selatan pada pukul 09.45 pagi waktu setempat untuk mencegah kesalahpahaman dan konflik yang tidak disengaja atas proyek penutupan perbatasan tersebut.
Pengumuman itu muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung di Semenanjung Korea karena Korea Utara telah mengirim balon-balon pengangkut sampah ke arah Korea Selatan dan secara terbuka mengungkapkan fasilitas pengembangan uranium untuk pertama kalinya.
AS menempatkan sekitar 28.000 tentara di Korea Selatan untuk mencegah agresi Korea Utara, warisan Perang Korea 1950-53 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan belum melihat adanya pekerjaan konstruksi oleh militer Korea Utara di dekat perbatasan hingga Rabu pagi, 9 Oktober.
Kedua Korea terhubung melalui jalan darat dan rel kereta api di sepanjang jalur Gyeongui, yang menghubungkan kota perbatasan barat Korea Selatan, Paju, dengan Kaesong di Korea Utara, dan jalur Donghae di sepanjang pantai timur.
BERITA TERKAIT: