Menurut survei terhadap 2.237 orang yang dilakukan oleh firma jajak pendapat Savanta dan diterbitkan oleh
The Telegraph, sebanyak 82 persen warga Inggris meyakini bahwa para perusuh sendirilah yang bertanggung jawab atas kerusuhan yang bermula dari peristiwa penikaman tiga anak hingga tewas dan melukai sepuluh lainnya oleh seorang remaja Inggris keturunan Rwanda di kota Southport, dekat Liverpool.
Sementara, 75 persen warga menyalahkan kelompok sayap kanan dan para influencer. Lalu 64 persen suara yakin bahwa kebijakan imigrasi Inggris yang menjadi penyebabnya. Kemudian, 59 persen mengatakan bahwa penusukan di Southport telah memicu krisis.
Puluhan kota di Inggris diguncang oleh protes dan kerusuhan sayap kanan awal bulan ini. Awalnya dipicu oleh rumor palsu bahwa pelaku penusukan adalah seorang imigran Muslim.
Demonstrasi tersebut berubah menjadi reaksi keras terhadap Islam dan imigrasi massal, yang berpuncak pada serangan pembakaran terhadap sebuah hotel yang menampung para pencari suaka di kota Rotherham.
Pihak berwenang Inggris menanggapi kerusuhan tersebut dengan keras, dengan lebih dari 1.000 orang ditangkap, 480 orang didakwa, dan 99 orang dijatuhi hukuman atas peran mereka dalam kerusuhan tersebut, menurut angka yang dipublikasikan oleh BBC pada Jumat (16/8).
BERITA TERKAIT: