Kondisi tersebut dikhawatirkan akan semakin mengerek harga komoditas pangan tersebut. Pasalnya, harga gandum dunia terus merangkak naik dalam beberapa bulan ke belakang, hingga menyentuh level tertinggi sejak pertengahan 2023 bulan lalu.
Seperti dikutip dari
Bloomberg, Sabtu (8/6), ekspor gandum Australia kemungkinan hanya akan mencapai 20,8 juta ton pada periode 2024-2025. Angka itu jauh lebih rendah dari periode sebelumnya yang tembus 31,8 juta ton gandum.
Kondisi ini terjadi karena Australia tengah dilanda cuaca lebih kering dari biasanya, khususnya di wilayah Australia Barat yang menjadi pusat produksi gandum.
“Cuaca kering selama berminggu-minggu menunda penanaman dan membuat awal musim tanam terlambat di Australia Barat,” tulis Bloomberg dalam laporannya.
Wilayah tersebut merupakan penghasil 40 persen gandum di Australia. Seperti diketahui, mayoritas gandum yang diproduksi di Australia sendiri diekspor ke berbagai penjuru dunia, terutama Asia dan Timur Tengah.
Berdasarkan laporan Reuters, Jumat (7/6), indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) tercatat mencapai 120,4 poin Mei lalu, atau naik 0,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan ketiga secara berturut-turut.
Harga serealia naik 6,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya, akibat adanya hambatan produksi yang dialami banyak negara, khususnya Eropa dan Amerika Utara.
BERITA TERKAIT: