Dalam pidatonya di hadapan lulusan Akademi Militer AS di West Point pada Senin (27/5) Biden menyebut Putin sebagai sosok pemimpin tirani yang brutal karena invasinya di Ukraina.
"Kami berdiri melawan seorang pria yang saya kenal baik selama bertahun-tahun, seorang tiran yang brutal," ujarnya, seperti dimuat
Al-Mayadeen.
Lebih lanjut, Biden menegaskan bahwa tidak ada tentara AS yang dikerahkan ke Ukraina, tetapi dukungan penuh untuk Kyiv tetap akan berlanjut.
“Tetapi kami berdiri teguh bersama Ukraina dan kami akan berdiri bersama mereka," tegas Biden.
Pernyataan Presiden AS itu muncul setelah pasukan Rusia meraih kemajuan di garis depan, terutama di wilayah Kharkiv.
Sementara itu, Ukraina telah mengintensifkan serangannya jauh ke dalam Rusia dengan menggunakan senjata yang disediakan Barat.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dilaporkan mendesak sekutu Barat untuk membiarkan Ukraina menggunakan senjata Amerika sesuai keinginannya.
Namun, negara-negara Barat tetap berhati-hati agar tidak memicu bentrokan langsung antara koalisi dan Rusia, terutama dengan beberapa anggota koalisi yang menyatakan niat untuk mengerahkan pasukan di Ukraina.
Menanggapi meningkatnya permusuhan Barat, pekan lalu Rusia meluncurkan latihan militer tahap pertama untuk persiapan dan penggunaan senjata nuklir non-strategis, di distrik militer selatannya.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia menyebut uji coba itu ditujukan untuk mempersiapkan diri jika suatu saat kedaulatannya terancam.
BERITA TERKAIT: