Begitu yang dijelaskan Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol, Muhammad Najib dalam sebuah pengarahan, seperti yang disaksikan redaksi dari kanal YouTube Wisma RI Madrid pada Kamis (23/5).
Dubes menjelaskan bahwa paradigma politik di abad pertengahan adalah
Win-Lose. Ini membuat pemenang perang akan mengambil semua keuntungan dan yang kalah akan diperbudak bahkan mati.
"Paradigma politik waktu itu (Abad Pertengahan)
Win-Lose, yang menang mengambil semuanya. Yang kalah bukan hanya menjadi pengikut, tetapi harus mati," kata dia.
Di zaman ini, kata Dubes, tentu terjadi perubahan signifikan. Di mana banyak negara lebih mengutamakan kerjasama dibanding berlomba meningkatkan kekuatan militer untuk berperang.
Untuk itu jalinan kerjasama menuju
Win-Win Solution bukan hal yang mustahil.
"Paradigma saat ini sudah berubah, jika ada kerjasama, kedua pihak akan mendapat manfaat. Tinggal nanti siapa yang mendapat manfaat yang lebih besar," jelas Dubes.
Kendati demikian, Dubes berpesan bahwa ketika menjalin kerjasama jangan lebih dulu berpikir tentang manfaat apa yang bisa diambil dari rekan bisnis.
"Yang pertama dipikirkan adalah bagaimana saya bisa memberikan manfaat. Sering kali dalam perjalanannya dia dapat manfaat, saya tidak. Itu juga gpp, saya tetap dapat pahala," ujarnya.
Menurut dia, tidak ada bibit yang ditaburkan secara sia-sia, karena mungkin manfaatnya baru terasa 20 sampai 30 tahun kemudian.
Dia merujuk pada pepatah China, tentang bagaimana seseorang menanam biji kacang hijau, dalam lima jam dia bisa langsung memanen toge.
Tetapi agar manfaatnya bisa lebih panjang, dianjurkan menanam kelapa. Prosesnya memang panjang, tetapi manfaatnya bisa dirasakan anak, cucu bahkan generasi mendatang.
BERITA TERKAIT: