Informasi itu dilaporkan
Reuters pada Minggu (17/3), merujuk pada lima sumber yang mengetahui kerja sama tersebut.
Disebutkan bahwa kontrak jaringan satelit senilai 1,8 triliun dolar AS telah terjalin antara unit bisnis Starshield SpaceX dengan badan intelijen AS, National Reconnaissance Office (NRO), sejak 2021 lalu.
Jika kerjasama itu berhasil, maka kemampuan penemuan target oleh pemerintah dan militer AS akan meningkat secara signifikan.
"Ini akan memungkinkan pemerintah AS dengan cepat menangkap gambaran terus menerus dari aktivitas di lapangan hampir di mana saja di dunia, sehingga membantu operasi intelijen dan militer," bunyi laporan tersebut.
Kontrak tersebut menandakan semakin besarnya kepercayaan dari badan intelijen AS terhadap perusahaan swasta milik Elon Musk.
Pentagon sudah menjadi pelanggan besar SpaceX, menggunakan roket Falcon 9 untuk meluncurkan muatan militer ke luar angkasa.
Prototipe satelit pertama Starshield, yang diluncurkan pada tahun 2020, merupakan bagian dari kontrak terpisah senilai sekitar 200 juta dolar AS.
Sementara NRO yang mencakup personel dari Angkatan Luar Angkasa AS dan CIA bertugas menyediakan citra satelit rahasia untuk Pentagon dan badan intelijen lainnya.
"Satelit mata-mata tersebut akan menampung sensor yang disediakan oleh perusahaan lain," kata tiga sumber,
Jaringan Starshield adalah bagian dari persaingan yang semakin ketat antara AS dan para pesaingnya untuk menjadi kekuatan militer yang dominan di luar angkasa.
China juga berencana untuk membangun konstelasi satelitnya sendiri, dan Pentagon telah memperingatkan ancaman senjata luar angkasa dari Rusia, yang mungkin mampu melumpuhkan seluruh jaringan satelit.
BERITA TERKAIT: