Pengangguran Melonjak, Asrama Jadi Tempat Berlindung Pelamar Kerja di China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Sabtu, 04 November 2023, 15:51 WIB
Pengangguran Melonjak, Asrama Jadi Tempat Berlindung Pelamar Kerja di China
Ilustrasi/Net
rmol news logo Di tengah meningkatnya pengangguran muda yang hampir mencapai rekor tertinggi di China, sejumlah asrama di negara itu dilaporkan menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mencari peluang kerja di kota-kota besar.

The New York Times (NYT) melaporkan hostel-hostel di China telah menjadi tujuan bagi para pelamar kerja untuk berlindung sementara di tengah persaingan pasar kerja yang ketat.

Mengutip The Print, Sabtu (4/11), asrama itu menyediakan tempat tinggal yang terjangkau, yang berperan sebagai tempat perlindungan, ruang istirahat kepada para pemuda untuk menyusun strategi berjejaring, dan mengirimkan berkas lamaran pekerjaan dalam jumlah yang tak terhitung.

"Hostel telah menjadi tempat meleburnya kecemasan, harapan, keputusasaan, dan ambisi kaum muda Tiongkok, semuanya hanya dalam batasan tempat tidur susun terjangkau yang tersedia hanya dengan beberapa dolar per malam," tulis NYT dalam laporannya.

Dengan melambatnya perekonomian Beijing, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan pun semakin ketat. Di wilayah perkotaan, tingkat pengangguran di antara kelompok usia 16 hingga 24 tahun tercatat melonjak hingga mencapai 21,3 persen pada Juni, meskipun data ini kini tidak lagi dipublikasikan oleh pemerintah.

Bahkan bagi mereka yang beruntung mendapatkan pekerjaan, seringkali terjebak dalam pekerjaan bergaji rendah, tidak mampu membayar sewa jangka panjang, atau hidup dengan ketakutan akan pemutusan hubungan kerja yang tiba-tiba.

"Mengapa saya hanya menerima tawaran pekerjaan dengan gaji sekitar 400 dolar atau 500 dolar per bulan? Terkadang, saya bertanya-tanya mengapa ini harus sesulit ini," kata seorang pencari kerja, Ethan Yi, berusia 23 tahun yang merenungkan nasibnya.

Dalam lingkungan pasar kerja yang sangat kompetitif di China, calon kandidat seringkali juga harus menanggung biaya perjalanan wawancara kerja.

Banyak lulusan universitas yang bersaing keras, yang berarti bahwa mereka yang tidak bersedia menanggung biaya perjalanan ini dengan mudah dapat kehilangan peluang kerja.

Tidak hanya generasi muda yang menghadapi kesulitan mencari pekerjaan, kelompok usia lainnya juga merasa tertekan. Di lobi asrama, Kris Zhang, seorang programmer komputer berusia 30 tahun yang sebelumnya bekerja di Alibaba juga tengah bergulat dengan kehilangan pekerjaan, dan kesulitan mencukupi untuk membayar hipotek dan pinjaman mobilnya. rmol news logo article

EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA