Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers setelah melakukan pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin pada Selasa (17/10).
“Itu adalah garis merah, karena saya pikir itu adalah rencana yang dilakukan oleh tersangka tertentu untuk mencoba dan menciptakan masalah de facto di lapangan. Tidak ada pengungsi di Yordania, tidak ada pengungsi di Mesir,” kata Raja Abdullah, seperti dimuat
Reuters.
Raja Abdullah memperingatkan, situasi yang mengerikan di Timur Tengah bisa terjadi jika konflik antara Israel dan Hamas dibiarkan menyebar ke negara lain.
“Seluruh wilayah ini berada di ambang kehancuran. Semua upaya kita diperlukan untuk memastikan kita tidak sampai di sana,” tegasnya.
Scholz juga memperingatkan agar tidak terjadi eskalasi. Sebagai tanggapan atas situasi di Timur Tengah, Scholz akan melakukan perjalanan ke Israel pada Selasa malam. Ia akan menjadi kepala pemerintahan pertama yang mengunjungi Israel sejak Hamas melancarkan Operasi Badai Al Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Israel telah memerintahkan sekitar 1,1 juta warga Gaza untuk meninggalkan wilayah utara sebelum Israel meluncurkan serangan besar-besaran.
Ribuan orang berkumpul di perbatasan Gaza dan Mesir, Rafah.
BERITA TERKAIT: