Keduanya membahas serangan Israel di Rafah, yang menurut Macron hanya akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan menjadi titik balik dalam konflik antara Israel dan Hamas.
“Saat ini, jumlah korban jiwa dalam konflik ini tidak dapat ditoleransi,” kata Macron di istana Elysee, seperti dikutip dari The National, Sabtu (17/2).
Macron mengatakan, sama halnya dengan Yordania dan Mesir, Prancis juga mengkhawatirkan perpindahan penduduk Palestina secara paksa dan besar-besaran.
“Ini bukan hanya pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan mewakili resiko besar bagi eskalasi regional," lanjut Macron.
Raja Abdullah juga memperingatkan konsekuensi kemanusiaan yang sangat besar jika Israel melanjutkan rencana operasinya di wilayah kota Rafah di Gaza selatan, tempat hampir 1,5 juta orang mengungsi.
“Kita harus menemukan solusi politik yang membuka jalan menuju perdamaian berdasarkan pembentukan dua negara,” kata Raja Abdullah, yang sebelumnya membahas perang Gaza di London dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pada Kamis (15/2).
“Ini adalah satu-satunya cara untuk menjamin perdamaian dan keamanan bagi warga Palestina dan Israel di kawasan," katanya.
Senada dengan Raja Abdullah, Macron mengatakan "pengakuan negara Palestina bukanlah hal yang tabu bagi Prancis”.
Para pemimpin juga berbicara tentang kerja sama mereka dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Kami mendukung rumah sakit lapangan Yordania di Gaza dan mengirimkan berton-ton bantuan kemanusiaan, termasuk dengan terjun payung ke Gaza,” kata Macron.
Namun mereka juga mengakui bahwa akses kemanusiaan ke wilayah kantong tersebut sebagian besar masih belum memadai.
Hampir 29.000 warga Palestina tewas dalam operasi militer balasan Israel setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.
Dalam pertemuan tersebut Macron juga menyatakan keprihatinan khusus terhadap bulan Ramadhan, yang akan dimulai bulan depan.
“Beberapa minggu lagi menjelang Ramadhan, saya ingin menggarisbawahi pentingnya mempertahankan status quo di tempat-tempat suci Yerusalem,” katanya.
“Yordania memainkan peran spesifik dan penting yang tidak boleh dipertanyakan," katanya.
Yordania adalah penjaga situs suci Yerusalem Timur yang diduduki.
Bentrokan kekerasan terbaru antara warga Palestina dan Israel di Masjid Al Aqsa terjadi selama Ramadhan tahun lalu. Sekitar 50 warga Palestina terluka dan ratusan ditangkap.
BERITA TERKAIT: