Kementerian Pertahanan Taiwan pada Kamis (28/9) melakukan uji coba laut pertama kapal selam diesel-listrik tersebut di galangan kapal Kaohsiung yang dimiliki oleh pembuat kapal CSBC Corp.
Kapal selam ini, yang diberi nama "Hai Kun" merupakan salah satu dari delapan kapal baru yang dikembangkan Taiwan, dalam program bernilai miliaran dolar guna meningkatkan kemampuan angkatan lautnya jika terjadi konflik dengan Beijing.
Berdasarkan laporan yang dimuat
Reuters, kapal selam ini memanfaatkan kolaborasi global, dengan dukungan teknologi dari negara-negara seperti AS dan Inggris. Taiwan juga dikabarkan telah mempekerjakan insinyur, teknisi, dan mantan perwira angkatan laut dari Australia, Korea Selatan, India, Spanyol, dan Kanada.
Proyek kapal selam ini menjadi tonggak bersejarah bagi Taiwan yang terisolasi secara diplomatis, setelah sebelumnya mereka kesulitan memperoleh kapal selam dari negara lain.
“Kami mengalami banyak kesulitan dalam memperoleh kapal selam dari negara lain. Tidak ada negara, termasuk AS, yang bersedia menjual kapal selam kepada kami, jadi kami memutuskan untuk membangun kapal selam kami sendiri,” kata anggota parlemen dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa dan anggota Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Nasional, Lo Chih-cheng.
“Dan dalam proses pembangunan kapal selam, Taiwan mendapat banyak dukungan internasional,” tambah Lo.
Pemerintah China yang sejauh ini secara kategoris terus mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya telah menentang keras negara-negara lain menjalin hubungan dengan Taiwan, termasuk penjualan senjata, yang telah memaksa pemerintah Taiwan untuk menjalani banyak urusan mereka dengan Taipei secara rahasia.
Selama setahun terakhir, pasukan militer negara itu telah meningkatkan jumlah kapal militernya secara drastis yang bergerak di sekitar perairan Taiwan.
Rencana Taiwan untuk memodernisasi angkatan lautnya yang sudah tua ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin serius atas ancaman yang dihadapinya, termasuk potensi dari kapal perang Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China yang dapat kapan saja mengepung pulau tersebut.
BERITA TERKAIT: