Polisi pada Minggu (17/9) mengatakan, ratusan orang telah ditahan terkait kekerasan dalam kerusuhan yang terjadi di acara tersebut yang terselenggara pada Sabtu.
Festival budaya Eritrea, yang diselenggarakan oleh beberapa kelompok yang dianggap dekat dengan pemerintahan Presiden Eritrea Isaias Afwerki, telah memicu ketegangan dengan aksi protes yang melibatkan sekitar 200 pengunjuk rasa. Mereka berkumpul di luar area dan mulai melemparkan batu, botol, dan barang-barang lainnya ke arah petugas polisi dan peserta acara.
Mereka yang terluka telah dirawat di rumah sakit, sementara orang-orang yang diduga melakukan kekerasan telah diamankan.
Ketegangan meletus di kalangan diaspora terkait polarisasi politik.
Pada bulan Juli, aksi serupa juga terjadi. Bentrokan mewarnai festival
Eritrea di kota Giessen, Jerman barat, menyebabkan 22 petugas polisi
terluka.
Puluhan ribu orang telah meninggalkan Eritrea ke Eropa, banyak yang menyatakan bahwa mereka dianiaya oleh pemerintahan represif Isaias. Konflik seputar pertemuan seperti yang terjadi pada hari Sabtu menyoroti perpecahan yang mendalam di antara diaspora Eritrea, mereka yang tetap dekat dengan pemerintah dan mereka yang melarikan diri untuk tinggal di pengasingan dan sangat menentang Isaias.
Wakil presiden kepolisian Stuttgart, Carsten Hoefler, mengutuk tindakan para pengunjuk rasa. Ia mengeluhkan bahwa kejadian tersebut sangat meresahkan dan bahwa sebelumnya tidak ada dan tidak terlihat intensitas kekerasan.
Pejabat kota mengatakan tidak ada alasan untuk melarang pertemuan tersebut, namun mereka akan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kerusuhan serupa di masa depan.
“Kita harus mengambil tindakan tegas terhadap munculnya konflik dari negara-negara lain di tanah Jerman,” kata Wali Kota Stuttgart Frank Nopper.
BERITA TERKAIT: