Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB pada Rabu (13/9), Perthes mengumumkan keputusan pengunduran dirinya setelah lebih dari tiga bulan tidak lagi dilibatkan dalam upaya perdamaian di konflik Sudan.
"Saya berterima kasih kepada Sekretaris Jenderal atas kesempatan itu dan atas kepercayaannya kepada saya, namun saya telah memintanya untuk membebaskan saya dari tugas ini,” ujarnya, seperti dimuat
Reuters.
Pria yang telah bertugas di Sudan selama dua setengah tahun itu menceritakan bagaimana kondisi Sudan sejak konflik antar militer April lalu.
"Apa yang awalnya merupakan konflik antara dua formasi militer bisa berubah menjadi perang saudara besar-besaran,” ungkap Perthes.
Menurut Perthes, kedua pihak baik tentara nasional (SAF) yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sama-sama bersalah dalam konflik tersebut.
"Pemboman dilakukan oleh angkatan udara SAF. Kemudian RSF melakukan sebagian besar kekerasan seksual, penjarahan dan pembunuhan di wilayah yang dikuasai," jelasnya.
Sudan mendeklarasikan Perthes persona non grata pada bulan Juni, tiga bulan setelah pertempuran antara militer meletus pada pertengahan April lalu.
PBB mengatakan pada saat itu bahwa personel PBB tidak dapat dijadikan persona non grata. Tetapi sejak itu, Perthes bekerja dari luar Sudan.
BERITA TERKAIT: