Pasalnya dalam kunjungan tersebut, Li Shangfu menyampaikan rencana China untuk meningkatkan kerja sama militer dengan Belarusia.
Dia bahkan bertemu langsung dengan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko untuk membicarakan hal tersebut.
"Tujuan kunjungan saya ke Belarusia justru untuk implementasi perjanjian penting di tingkat kepala negara dan penguatan lebih lanjut kerja sama militer bilateral," ungkap Li, seperti dimuat
Al Arabiya.
Li tidak merinci jenis kerja sama militer apa yang dimaksud. Tetapi kedua negara sepakat untuk mengadakan latihan bersama tahun depan.
Sementara itu, di hari yang sama, Lukashenko mengeluarkan sebuah pernyataan yang menegaskan bahwa bantuan militer China tidak akan disalurkan kembali ke pihak ketiga, yang merujuk pada Rusia.
Lukashenko mengambil contoh pada senjata nuklir taktis yang ditempatkan Rusia di Belarusia. Berjanji bahwa senjata tidak akan digunakan, kecuali mereka terancam.
“Senjata nuklir, yang ada di Belarusia, tidak akan digunakan jika tidak ada agresi terhadap kami,” tegasnya.
Sementara itu, analis Belarusia Valery Karbalevich mengatakan kunjungan Menhan China bisa menjadi sinyal penting tidak hanya untuk UE dan AS, tetapi juga untuk Ukraina.
"Kunjungan China menunjukkan minatnya untuk bergabung dalam barisan Rusia dan Belarusia," jelasnya.
Karbalevich menambahkan, Ukraina akan semakin waspada karena perang yang berkepanjangan akan memaksa China berpihak.
Menyikapi perang Ukraina, China mengambil posisi netral tetapi tetap menjalin hubungan ekonomi, diplomatik dan perdagangan yang kuat dengan Rusia.
China juga kerap mengkritik Barat karena dinilai terlalu ikut campur dalam konflik dan cenderung memprovokasi.
BERITA TERKAIT: