Maskapai dalam pengumumannya pada Jumat (11/8) mengatakan alasan perpanjangan itu menyusul kudeta di Niger dan karena situasi geopolitik di wilayah Sahel.
Sebelumnya, maskapai tersebut mengumumkan pada Senin (7/8) bahwa penangguhan penerbangannya ke Mali dan Burkina Faso akan dilakukan hingga Jumat, tak lama setelah penutupan wilayah udara negara tetangga Niger.
Penutupan wilayah udara Niger memaksa perusahaan melakukan jalan memutar besar untuk mencapai Eropa, memperpanjang waktu penerbangan.
"Air France berhubungan dengan otoritas Prancis untuk memantau secara permanen evolusi situasi geopolitik wilayah yang dilayani dan dilimpahi oleh pesawatnya. Juga mengingat bahwa keselamatan pelanggan dan awaknya adalah prioritas mutlak," kata maskapai tersebut, seperti dikutip dari
Africa News.
Otoritas Mali dan Burkinabe memberikan dukungan mereka kepada para pelaku kudeta 26 Juli di Niger.
Negara-negara ECOWAS di Afrika Barat telah memberikan lampu hijau pada Kamis untuk penggunaan kekuatan dalam proses pemulihan kekuasaan Presiden terguling Mohamed Bazoum. Namun demikian, mereka tetap mengutamakan cara diplomatik untuk menyelesaikan krisis.
BERITA TERKAIT: