Kabar tersebut dikonfirmasi kebenarannya oleh jurubicara komando militer Tavria di Ukraina selatan, Valeryi Shershen pada Kamis (13/7).
Menurut penuturan Shershen, Ukraina baru saja menerima munisi tandan dari AS, tetapi masih belum menggunakannya.
"Munisi tandan berada di tangan pasukan pertahanan kami," ujarnya selama siaran televisi Ukraina, seperti dimuat
The Jerusalem Post.
Pengiriman munisi tandan ke Ukraina kurang dari seminggu sejak AS mengumumkan rencananya pada 7 Juli lalu.
Senjata itu merupakan bagian dari paket bantuan militer 800 juta dolar AS (Rp 11,9 triliun) dari Washington dalam upaya membantu Ukraina mempertahankan wilayahnya dari invasi Rusia.
Penggunaan atau pengiriman munisi tandan telah ditentang oleh lebih dari 100 negara. Senjata itu termasuk dalam kategori mematikan karena ketika digunakan, sejumlah bom kecil dapat tersebar secara luas dan membunuh tanpa pandang bulu.
Belum lagi munisi tandan yang gagal meledak, akan mengalami masa hibernasi selama beberapa dekade sebelum akhirnya meledak dan menimbulkan ancaman bagi manusia.
Ukraina berjanji akan menggunkan munisi tandan untuk wilayah tertentu dan jauh dari perkotaan.
Ketika banyak negara menandatangani Konvensi Munisi Tandan yang melarang produksi, penimbunan, penggunaan, dan transfer senjata, negara berkonflik seperti Rusia, Ukraina dan AS justru tidak meratifikasi perjanjian tersebut.
Negara-negara Barat termasuk Kanada, Spanyol dan Inggris mengecam keras keputusan AS.
Negara korban munisi tandan, yakni Laos dan Kamboja, juga mendesak agar Washington menghentikan rencananya karena akan berdampak luas bagi masyarakat Ukraina.
BERITA TERKAIT: