Dikutip dari laporan
TOLO News, para penata rias menyuarakan kekecewaannya terhadap keputusan baru Taliban yang dianggap merampas pekerjaan ribuan perempuan dan melanggar hak-hak mereka.
Sejauh ini, diperkirakan terdapat lebih dari 12 ribu salon kecantikan di seluruh Afghanistan, yang merupakan sumber penghidupan bagi banyak perempuan.
Salah satu penata rias, Rahila, berusia 25 tahun, mengungkapkan bahwa ia memilih untuk bekerja di salon kecantikan setelah Taliban menutup sekolah, universitas, dan pusat pendidikan lainnya.
"Sekolah, universitas, pusat pendidikan ditutup untuk kami. Kami mencoba belajar profesi di lingkungan wanita, tetapi sekarang itu juga ditutup. Saya tidak mengerti apa yang Taliban inginkan dari kami," ujarnya kepada
TOLO News.
Protes terhadap keputusan Taliban ini juga telah dilakukan oleh sejumlah penata rias lainnya yang merasa terancam akan keberlangsungan hidup mereka.
Mengutip
ANI News pada Kamis (13/7), seorang penata rias wanita lainnya, Alia, menjelaskan bahwa di setiap salon kecantikan terdapat 15 hingga 20 orang yang bekerja, yang sebagian besar menjadi tulang punggung keluarga.
Pekan lalu beberapa dari mereka mengadakan aksi protes terhadap keputusan Taliban dan mendesak pencabutan dari tindakan tersebut, karena lebih dari 60 ribu perempuan di Afghanistan berisiko kehilangan pekerjaannya setelah penutupan salon kecantikan itu.
Keputusan Taliban untuk menutup salon kecantikan di Kabul dan provinsi-provinsi lainnya pada tanggal 4 Juli lalu telah menambah daftar pembatasan baru, yang semakin mengguncang hak perempuan di Afghanistan.
BERITA TERKAIT: