Begitu yang dikatakan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi ketika memimpin dan membuka ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) ke-56 di Jakarta pada Selasa (11/7).
"Perdamaian tidak jatuh dari langit. Ini adalah hasil dari upaya sistematis untuk membangun arsitektur regional yang inklusif, berlabuh pada kebiasaan dialog dan kolaborasi berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB, Piagam ASEAN, dan hukum internasional," ujar Retno.
Retno mencatat, keterbukaan untuk kerja sama tanpa mengalienasi siapa pun merupakan komitmen besar ASEAN.
"Kita hanya dapat mencapai ini jika kita menjaga persatuan dan sentralitas ASEAN," tegasnya.
Dalam hal ini, Retno menyebut ada dua hal yang penting bagi ASEAN ke depannya.
Pertama, ia mencatat, penting bagi ASEAN untuk memiliki kredibilitas. Untuk itu proses pengambilan keputusan, termasuk dalam situasi darurat, perlu menerapkan Piagam dan Visi ASEAN.
"Kita harus membuktikan bahwa dengan bersatu kita bisa menjawab tantangan yang ada, sekaligus siap mengantisipasi dan menjawab tantangan di masa depan," jelas Retno.
Kedua, Retno mengatakan, ASEAN hanya penting jika bisa terus menavigasi dinamika kawasan.
"Kita perlu mengirimkan pesan yang jelas bahwa ASEAN tidak akan pernah menjadi proxy dalam persaingan kekuatan besar," tegas Retno.
Retno mengatakan, ASEAN harus menjadi yang terdepan dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif.
BERITA TERKAIT: