Dalam sambutan pembuka, Menlu Retno menyebut nuklir sebagai senjata yang paling merusak dan lebih kuat dibanding senjata lain.
Kehadiran senjata nuklir dalam kawasan, kata Retno, mampu menimbulkan rasa ketidakamanan.
"Risiko penggunaan senjata nuklir jauh lebih tinggi dan kami tahu betul bahwa kami tidak bisa benar-benar aman dengan senjata nuklir di wilayah kami," tegasnya.
Oleh sebab itu, Menlu RI mendorong agar negara-negara di Asia Tenggara mampu bersatu memelihara stabilitas dan perdamaian dengan mewujudkan kawasan bebas senjata nuklir.
"Ancaman sudah dekat, jadi kita tidak bisa lagi memainkan permainan menunggu. Kita harus datang sebagai front persatuan," kata Retno.
Menlu juga mengapresiasi SEANWFZ karena telah berkontribusi pada upaya kawasan melakukan perlucutan senjata dan non-proliferasi global. Meski setelah 25 tahun penandatanganan Protokol Perjanjian SEANWFZ, tidak ada satu pun negara yang memiliki senjata nuklir bergabung.
BERITA TERKAIT: