Mengutip
Al Arabiya pada Minggu (9/7), serangan pertama terjadi di Utara Burkina pada Jumat (7/7) dan menewaskan 16 warga yang menjadi sukarelawan tentara nasional.
Masih di tempat yang sama, seorang warga mengatakan dua warga sipil lainnya juga tewas dalam serangan ekstremis jihadis di desa dekat Boulsa, provinsi Namementeng.
"Para penyerang membakar rumah, sepeda motor dan pasar lokal," ungkap kesaksian penduduk setempat yang tidak ingin diungkap identitasnya.
Di Burkina Faso bagian Barat, khususnya di kota Fo, sumber keamanan melaporkan kematian empat warga sipil di hari yang sama dengan serangan di wilayah Utara.
Dalam beberapa minggu terakhir, kota Fo kerap menjadi sasaran para ekstremis, mengakibatkan sebagian besar penduduknya memilih untuk melarikan diri.
Sejak 2015, Burkina Faso telah berjuang melawan pemberontakan ekstremis yang tumbuh dan berkembang di negara tetangga Mali.
Kegagalan dalam menangani kekerasan jihadis memicu dua kudeta tahun lalu, puncaknya kapten tentara muda, Ibrahim Traore naik sebagai pemimpin Burkina pada September lalu.
Menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), lebih dari 10 ribu warga sipil, tentara dan polisi tewas dalam kekerasan ekstremis di Burkina, sementara dua juga lainnya telah mengungsi.
BERITA TERKAIT: