Menurut Borrell, aksi pemerintahan yang dilakukan Bos Wagner Yevgeny Prigozhin telah melemahkan rezim Vladimir Putin yang sudah lemah sejak menginvasi Ukraina Februari tahun lalu.
Borrell menyoroti fakta bahwa hampir tidak ada pasukan Moskow yang secara aktif menentang Wagner saat merebut markas utama di Rusia Selatan.
"Ini menunjukkan bahwa terdapat perpecahan internal di antara tentara Rusia dan aparatur negara," kata Borrell, seperti dimuat
Al Arabiya. Meskipun gagal, kata Borrell, pemberontakan Wagner tetap sangat berdampak pada kekuasaan Putin di Rusia.
"Ada celah di rezim tersebut. Putin telah kehilangan otoritas yang serius, dengan konsekuensi nyata di masa depan," ujarnya.
Borrell menilai Putin tengah berusaha keras untuk menyatukan kembali kekuatan militer mereka. Tetapi nyatanya itu tidak mengubah keadaan.
"Jelas bahwa negara Rusia berada dalam krisis yang mendalam," kata Borrell.
Pada Sabtu (24/6), Wagner mengklaim keberhasilannya menguasai kota Rostov-on-Don di Rusia Selatan.
Merespon pemberontakan Wagner saat itu, Putin dengan tegas berjanji akan menghancurkan dan menghukum keras setiap pemberontakan terhadap Kremlin.
Namun tak lama, kedua pihak yang berseteru akhirnya berdamai. Bos Wagner bersedia menarik tentaranya dan pergi ke Belarusia. Sementara Putin berjanji tidak akan menghukum mereka atas tuntutan apa pun.
BERITA TERKAIT: