Nahel, remaja 17 tahun keturunan Aljazair dan Maroko ditembak oleh polisi ketika mengendarai Mercedes kuning melalui Nanterre pada Selasa pagi (27/6) waktu setempat. Ada dua orang lain di dalam kendaraan saat itu.
Polisi awalnya mengklaim petugas melepaskan tembakan karena kendaraan itu melaju ke arah mereka seolah-olah akan menabrak mereka.
Tetapi video menunjukkan, seorang petugas polisi menodongkan pistol melalui jendela mobil yang tidak bergerak sebelum melepaskan tembakan saat mobil melaju pergi.
Para pengunjuk rasa menyebut insiden itu terjadi karena pendekatan keras dan rasis dari kepolisian.
Nahel sendiri dimakamkan pada Sabtu sore (1/7). Ratusan orang turut mengantar kepergian Nahel dan berusaha masuk ke masjid untuk menshalatkannya. "Allahuakbar" terus menggema sepanjang prosesi pemakamannya.
Menurut laporan
Daily Telegraph, Prancis telah mengerahkan sekitar 45 ribu petugas polisi hingga pasukan khusus anti-teror GIGN (Groupe d'Intervention de la Gendarmerie Nationale) untuk bersiap menghadapi kerusuhan pada Sabtu malam.
GIGN dilaporkan tiba di Marseille pada Sabtu malam, setelah malam bentrokan sengit antara polisi dan pengunjuk rasa.
Selain GIGN, pasukan elit anti huru hara, CRS 8, juga dikerahkan ke Lyon, setelah walikota meminta bala bantuan.
Unit tersebut, yang dibentuk pada tahun 2021 sebagai pasukan tanggap cepat untuk mengatasi kekerasan perkotaan, terdiri dari sekitar 60 petugas spesialis yang dilatih untuk ditempatkan dari markas mereka di luar Paris dalam waktu 15 menit setelah perintah diberikan.
BERITA TERKAIT: