Begitu yang disampaikan Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (1/7), menyusul berakhirnya misi Dewan Keamanan PBB di Mali atau biasa disebut (MINUSMA) pada Jumat (30/6).
Kirby menuduh pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin menggunakan pengaruhnya dan mendorong pemerintah Mali untuk menghentikan MINUSMA.
"Kami tahu bahwa pejabat senior Mali bekerja sama dengan Prigozhin untuk memberitahu Sekretaris Jenderal PBB agar menarik pasukan MINUSMA," ungkapnya, seperti dimuat
Reuters. Menurut penuturan Kirby, keluarnya MINUSMA dari Mali akan menguntungkan posisi Wagner.
"Wagner mendorong kepergian misi PBB untuk memajukan kepentingan mereka," tegasnya.
Di sisi lain, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Anna Evstigneeva mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Mali telah membuat keputusan tersebut secara berdaulat.
"Kami mendukung penuh aspirasi Mali untuk mengambil tanggung jawab penuh dalam menstabilkan negara mereka," ujarnya.
Mali telah berjuang untuk membendung kelompok terorisme jihadis yang berakar setelah pemberontakan tahun 2012.
Kemudian pada 2013, Dewan Keamanan mengerahkan MINUSMA pertama kali dikerahkan untuk mendukung upaya asing dan lokal dalam memulihkan stabilitas.
Kendati demikian, situasi tidak kunjung stabil, bahkan kudeta militer Mali terjadi sebanyak dua kali pada 2020 dan 2021.
Pada Jumat (30/6), DK PBB dengan suara buat memilih untuk mengakhiri misi penjaga perdamaian selama yang telah mereka lakukan selama satu dekade, setelah junta Mali tiba-tiba meminta pasukan berkekuatan 13.000 orang itu pergi.
Penarikan pasukan MINUSMA dikhawatirkan dapat memperburuk situasi keamanan Mali yang memiliki perlengkapan militer tidak memadai, sementara sekitar 1.000 pasukan Wagner berada di sana.
BERITA TERKAIT: