Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (29/6), O'Neill mengutuk upaya Dominika yang berusaha keras membuat pengungsi Haiti kembali ke negara asal mereka tanpa jaminan keamanan.
O'Neill menyebut tahun lalu Dominika telah memulangkan sekitar 176.777 migran Haiti. Itu tidak sesuai dengan standar HAM dan jelas melanggar pakta migrasi bilateral.
"Saya mendesak pihak berwenang Republik Dominika untuk menghormati komitmen mereka dalam hal ini," tegasnya, seperti dimuat
Reuters.
Menurut O'Neill, sangat tidak memungkinkan bagi pengungsi kembali ke negaranya. Karena kondisi dalam negeri Haiti penuh dengan kekerasan dan pelanggaran HAM sistematis.
"Mereka tidak memungkinkan kembali dengan aman dan bermartabat," ujarnya.
Dia juga mengaku prihatin dengan kekerasan seksual di ibu kota Haiti, Port-au-Prince yang terus meningkat berkali lipat sejak Mei lalu.
"Laporan PBB pada Juli lalu, bahwa setidaknya 52 perempuan dan anak perempuan diperkosa secara kolektif di ibu kota," ungkap O'Neill.
O'Neill juga memperingatkan tentang kondisi peradilan Haiti yang main hakim sendiri, sel penjara yang sempit dan kurangnya layanan publik yang mengarah pada peningkatan perekrutan anak-anak ke dalam geng.
BERITA TERKAIT: