Meski tidak secara gamblang menyebut Rusia sebagai sumber ancaman, tetapi laporan itu menyoroti bagaimana perkembangan perang di Eropa dan agresivitas China di Taiwan telah berpengaruh pada keamanan internasional.
Pola tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kekuatan militer dalam konflik geopolitik benar-benar nyata.
Anggota parlemen konservatif yang ikut menulis laporan tersebut, Hans Wallmark, mendesak agar Swedia dapat segera masuk dalam NATO agar keamanannya dapat terjamin.
“Potensi serangan bersenjata terhadap Swedia tidak dapat dipungkiri. Swedia akan aman jika sudah masuk NATO," ungkapnya, seperti dimuat
The Defense Post pada Selasa (20/6).
Anggota penulis lainnya, yang merupakan mantan menteri pertahanan, Peter Hultqvist, mengatakan bahwa Swedia membutuhkan jumlah tentara yang lebih besar pada 2025-2030.
"Dibutuhkan setidaknya 10.000 wajib militer per tahun, naik dari level saat ini sekitar 5.000 menjadi 6.000," kata Hultqvist.
Swedia keluar dari zona netralitasnya sejak perang Rusia meletus tahun lalu.
Negara nordik itu memilih untuk bergabung dengan NATO, namun keanggotaannya terhambat karena perselisihannya dengan Hongaria dan Turki.
Swedia merasa terjamin jika masuk NATO karena berdasarkan klausul pertahanan kolektif Pasal 5 NATO, ketika satu negara diserang maka anggota lainnya juga akan ikut membela.
BERITA TERKAIT: