Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dalam laporannya pada kamis (15/6) mengungkapkan banyak warga sipil Sudan yang pergi mengungsi ke Mesir, Chad, Sudan Selatan, dan Republik Afrika Tengah, mengadukan apa yang mereka alami kepada tim perlindungan PBB.
Lebih dari 470.000 masyarakat Sudan yang menyeberang ke negara tetangga, sebagian besar dikabarkan mengalami tindakan pemerkosaan atau eksploitasi seksual di sepanjang jalan, ketika mereka tiba di pos pemeriksaan atau di jalur perdagangan manusia, kata laporan itu.
Akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab itu, para korban yang hendak pergi untuk mencari tempat berlindung dikabarkan mengandung saat tiba di kamp pengungsian.
“Selain konsekuensi fisik, seksual, reproduksi, dan kesehatan mental yang bertahan lama, beberapa penyintas kini telah tiba di negara tetangga dalam keadaan hamil akibat pemerkosaan,” kata asisten komisaris tinggi UNHCR untuk perlindungan Gillian Triggs dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat
The Globe and Mail, Jumat (16/6).
Peperangan antara militer Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang meletus pada April lalu, banyak gadis remaja yang juga dikabarkan menghadapi risiko pernikahan dini.
“Gadis remaja menghadapi peningkatan risiko pernikahan anak, karena beberapa keluarga terpaksa melakukan praktik berbahaya ini. Itu untuk melindungi mereka dari risiko lebih lanjut dari kekerasan seksual, penyerangan atau eksploitasi,” tambahnya.
Situasi kacau itu saat ini sedang menjadi perhatian serius dari PBB, yang sedang mencari cara untuk mengatasi maraknya kejahatan seksual yang dialami oleh para pengungsi Sudan.
Dalam situs resminya, UNHCR menegaskan bahwa serangkaian pelanggaran hak asasi manusia yang mengejutkan ?" termasuk serangan dan kekerasan terhadap warga sipil ?" harus dihentikan. Warga sipil yang mencoba mengakses keselamatan dan keamanan, perlindungan dan bantuan di dalam atau di luar Sudan, harus dapat melakukannya dengan cara yang aman dan tidak diskriminatif.
Akses yang berkelanjutan dan efektif oleh para pelaku kemanusiaan, termasuk LSM nasional dan internasional, juga sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa bantuan kritis dapat diberikan segera kepada mereka yang paling rentan.
UNHCR juga mengulangi seruannya pada semua negara untuk menjaga perbatasan mereka tetap terbuka bagi warga sipil yang melarikan diri dari Sudan, bahkan termasuk individu yang tidak berdokumen.
Badan itu berharap agar negara-negara dapat secara efektif mengakses perlindungan dan bantuan, untuk mencegah orang dari keharusan menggunakan bantuan penyelundup.
BERITA TERKAIT: